Menulis sebagai Jalan Ingatan, Literasi, dan Pemulihan Bangsa

photo author
- Rabu, 10 Desember 2025 | 12:35 WIB

Media memegang peran penting dalam membentuk literasi masyarakat. Media bukan hanya penyampai informasi, tetapi ruang dialog dan penyimpanan ingatan kolektif. Karena itu saya pernah mengusulkan gagasan satu desa satu media online. Dengan media desa, masyarakat dapat menulis tentang kehidupan mereka, menyampaikan keluhan secara santun, dan mendokumentasikan sejarah lokal. Media sosial memang cepat, tetapi terlalu pendek untuk menyampaikan gagasan yang matang.

Selain media desa, perpustakaan desa juga sangat penting. Perpustakaan adalah jendela bagi warga untuk mengakses pengetahuan. Dengan perpustakaan yang dikelola baik, masyarakat dapat membaca, berdiskusi, dan belajar secara mandiri. Ketika literasi tumbuh, kualitas dialog publik juga akan meningkat.

Gerakan Pendidikan untuk Semua

Literasi tidak selalu harus dimulai dari usia sekolah. Banyak orang dewasa belum sempat menyelesaikan pendidikan dasar. Karena itu, saya mengusulkan peningkatan kapasitas pendidikan melalui program kejar paket untuk memperoleh ijazah SMP dan SMA. Bahkan saya membayangkan gerakan university for all, yaitu membuka kesempatan bagi siapa pun untuk menempuh pendidikan tinggi melalui berbagai jalur pembelajaran.

Manusia memang membutuhkan makanan untuk kenyang secara fisik, tetapi juga membutuhkan ilmu untuk kenyang secara mental. Pengetahuan membuat seseorang mampu berpikir, mengambil keputusan, dan berkontribusi pada masyarakat. Tanpa pengetahuan, seseorang mudah terseret arus informasi yang menyesatkan.

Menulis sebagai Kebudayaan Bangsa

Dengan seluruh pengalaman pribadi, sejarah keluarga, serta realitas sosial saat ini, saya semakin yakin bahwa menulis adalah kebiasaan yang harus dibudayakan. Menulis membuat seseorang belajar berpikir panjang. Menulis mengajarkan kedewasaan dalam menyampaikan pendapat. Dan yang terpenting, menulis menciptakan jejak yang tidak hilang oleh waktu.

Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah.” Kalimat ini bukan sekadar ungkapan sastra; ia adalah kenyataan bahwa peradaban dibangun oleh mereka yang menulis. Jika kita ingin menciptakan generasi yang kritis, beradab, dan berkarakter, maka budaya menulis harus menjadi bagian dari kehidupan kita.

Menulis adalah upaya memperpanjang ingatan. Ia memperluas pikir, memperhalus sikap, dan memperdalam karakter. Dan di tengah kekacauan informasi saat ini, menulis adalah jalan sunyi yang membawa kita kembali pada jernihnya pikiran.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB

Presiden Prabowo, Duka Sumatera Duka Bangsa Indonesia

Minggu, 7 Desember 2025 | 13:33 WIB
X