artikel

Ternyata ini Makna Kalimat Dalam Al-Qur'an " Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan"?

Kamis, 30 Mei 2024 | 15:30 WIB
KH. Syamsul Yakin (Wakil Ketua MUI Kota Depok) Penulis Makna Merdeka Menurut Pandangan Islam

Penulis : Dr.KH. Syamsul Yakin*

Dalam Quran surat ar-rahman seringkali ketika kita baca pada suatu ayat yang memiliki arti maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.

Sesungguhnya inilah pamungkas dari tiga belas ayat pertama surah al-Rahman yang sangat menghentak dalam bentuk interogatif, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 13).

Pengarang Tafsir Jalalain memahami “al-Alaa” (nikmat) sebagai   “al-ni’am” (karunia). Frasa “rabbikuma” (Tuhan kamu berdua) maksudnya Tuhan manusia dan jin. Sebab nikmat dan karunia Allah untuk kalangan manusia dan jin.

Baca Juga: Ternyata ini Anugerah Biji-bijian Berkulit dan Bunga-bunga yang Harum bagi Manusia, Sudah Tercantum Jelas dalam Al-Quran

Ayat ini, lanjut pengarang Tafsir Jalalain, terulang  sebanyak tiga puluh satu kali. Kata tanya (istifham) yang terdapat dalam ayat ini dan terulang hingga tiga puluh satu kali mengandung makna penetapan atau  taqrir.

Terkait ayat ini, terdapat  sebuah hadits yang ditulis Imam Hakim yang bersumber  dari Jabir. Dia  bercerita bahwa Rasulullah membacakan kepada kami surah al-Rahman hingga selesai. Sejurus Rasulullah bersabda, “Mengapa kalian diam saja?

Sungguh jin lebih baik responsnya ketimbang kalian. Karena sesungguhnya setiap kali aku bacakan ayat ini kepada mereka”, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”,  mereka selalu menjawab, “Wahai Tuhan kami, tidak ada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, bagi-Mu segala puji.”

Syaikh Nawawi menulis ayat ini maknanya, “Wahai jin dan manusia, apakah kamu mengingkari nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepadamu mulai dari nikmat penciptaan dalam berbagai keadaan hingga kamu menjadi makhluk yang hidup?”

Muhammad Yusuf Ali memahami ayat ini sebagai pertanyaan atas nikmat yang saling berpasangan, “Adakah nikmat yang tidak kamu akui baik secara lisan, perilaku atau   perbuatan?”

Nikmat yang berpasangan itu, lanjut Muhammad Yusuf Ali, adalah diciptakan manusia dan alam luar, matahari dan bulan, herba (daun kering dari tanaman yang memiliki bau aromatik) dan pohon,  langit dan bumi, buah-buahan dan biji-bijian, makanan manusia dan pakan ternak, makanan bernutrisi dan bunga beraroma harum, dan seterusnya.

Ayat ini bermaksud menetapkan dan menekankan nikmat yang Allah berikan kepada manusia dan jin. Karena itu, ungkap al-Maraghi, semua nikmat tersebut harus diingat dan disyukuri.***

 

*Penulis: Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok. 

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB