Penulis :Suharta Ristian Dwiputra, S.Pd
Sekretaris DPD Rumah Sandiuno Indonesia (RSI) Kota Depok
Tahun Baru 2025 membawa optimisme masyarakat yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Empat tahun pasca pandemi memberikan banyak pelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia untuk tetap bisa survive.
Apalagi setelah pandemi, masyarakat dihadapkan pada situasi politik baik regional maupun global yang makin tidak menentu. Beruntung, perhelatan politik di Indonesia tahun 2024 berlangsung mulus dengan transisi damai tanpa konflik yang menyita energi positif bangsa.
Salah satu “keberuntungan” dari pandemi yang melanda Indonesia adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi kreatif digital. Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf (2020) mengatakan, meskipun di masa pandemi, Indonesia masih menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. "Angka pertumbuhannya masih double digit, yakni 11 persen," kata Randy saat memaparkan laporan e-Conomy SEA yang digelar secara online.
Randy menambahkan, pada tahun 2025, ekonomi digital di Indonesia akan tumbuh pesat hingga diprediksi mencapai 124 miliar dollar AS (Rp 1.760 triliun). Prediksi ini menurun dari laporan serupa tahun 2019 yang juga dihimpun oleh Google dan Temasek.
Sebelumnya, diprediksi pendapatan ekonomi digital di Indonesia akan mencapai 130 miliar dollar AS pada 2025. Randy menjelaskan perubahan estimasi tersebut ini merupakan dampak dari pandemi Covid-19 yang sebelumnya tidak terprediksi.
Tak dapat dipungkiri, salah satu faktor pendukung peningkatan ekonomi digital Indonesia di masa pandemi adalah kemunculan pengguna internet baru. Masih dari laporan yang sama, disebutkan bahwa 37 persen pengguna internet di Indonesia pada tahun 2020 adalah pengguna baru.
Kondisi pembatasan wilayah yang diberlakukan di banyak daerah menyebabkan akses layanan digital meningkat. E-commerce menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat, yakni 54 persen atau 32 miliar dollar AS (Rp 454 triliun) pada tahun 2020.
Jumlah supplier lokal juga meningkat lima kali lipat dari masyarakat yang coba berjualan secara online di e-commerce. Selain e-commerce, media hiburan online seperti streaming, juga meningkat sebesar 24 persen dengan nilai 4,4 miliar dollar AS (Rp 62 triliun).
Khusus Kota Depok yang mencanangkan tahun 2025 menjadi SmartCity tentu harus mempersiapkan langkah antisipastif seiring meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital di tahun 2025. Berdasarkan data BPS tahun 2018 pengguna internet di Kota Depok sebesar 65,17 persen.
Jumlah tersebut, kebanyakan diakses melalui perangkat ponsel pintar (smartphone), sebesar 65,30 persen. Kota Depok menjadi kota terbesar nomor lima dalam pertumbuhan pengguna internet secara nasional. Selain itu mayoritas masyarakat Kota Depok didominasi “kelas menengah terdidik” dengan rasio lulusan S1/S2/S3 sebesar 11.34% .
Ditambah lagi keunggulan Kota Depok yang dikelilingi kampus-kampus besar dan ditopang perkenomian dari enam sektor utama yaitu perdagangan, informasi dan komunikasi (infokom), industri, real estate, angkutan pergudangan, dan jasa.
Rincian statistikya adalah sebagai berikut, sebanyak 40 persen berada di sektor perdagangan, lalu disusul oleh infokom sebanyak 22 persen. Sektor perdagangan dan infokom tersebut tentu beirisan dengan dunia konten kreatif.
Potensi ini kalau dikelola oleh pemerintah dengan baik, para pedagang diajak berwirausaha secara online dan difasilitasi skill sebagai konten kreator tentu akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah.