Oleh Dadang Rachmat, SH
Sekjen Asosiasi Media Konvergensi Indonesia (AMKI) Pusat
Pilar Demokrasi Hadapi Tantangan
Edisi.co.id - Media, yang merupakan salah satu pilar fundamental demokrasi, sedang menghadapi tantangan yang berat. Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan banyak perusahaan media dari beragam platform—cetak, digital, hingga multimedia—tutup usaha.
Keterpurukan mereka bukan disebabkan oleh ketidakrelevanan, melainkan oleh kenyataan yang semakin tidak mendukung: turunnya pendapatan iklan, tekanan dari dunia digital, dan penerapan kebijakan efisiensi oleh pemerintah yang berdampak langsung pada pendapatan media.
Ironisnya, situasi ini muncul saat masyarakat justru semakin membutuhkan informasi yang tepat dan bebas dari kepentingan. Sebuah demokrasi yang sehat membutuhkan media yang aktif, bukan yang terpuruk. Namun saat ini, kita melihat pilar ini mulai goyah.
*Penyebab Krisis Media*
Salah satu penyebab krisis ini adalah kebijakan pemerintah untuk efisiensi anggaran, terutama terkait belanja iklan dan sosialisasi program.
Pemerintah pusat dan daerah mulai beralih ke saluran komunikasi mereka sendiri—media sosial resmi, saluran YouTube, serta situs web lembaga. Di satu sisi, ini memang menciptakan efisiensi. Namun di sisi lain, langkah tersebut memicu dampak negatif yang besar bagi ekosistem pers nasional.
Perusahaan media kehilangan salah satu sumber pendapatan yang penting. Banyak yang tidak lagi mampu menutupi biaya operasional dan terpaksa memotong gaji, merampingkan jumlah staf redaksi, bahkan memecat jurnalis mereka. Dan kondisi ini bukan hanya dialami oleh media-media kecil, tetapi juga media besar.
*Siapa Peduli Saat Media Gulung Tikar?*
Ketika media tutup dan jurnalis kehilangan pekerjaan mereka, siapa yang peduli? Apakah masyarakat merasa kehilangan? Apakah pemerintah menyadari bahwa sebuah suara independen telah lenyap?
Sayangnya, kesadaran tentang hal ini masih rendah. Padahal, setiap kali sebuah media tutup, kita kehilangan kesempatan untuk mengkritik, kehilangan kontrol sosial, dan kehilangan pandangan transparansi terhadap kekuasaan. Dalam jangka panjang, ini merupakan kerugian besar bagi demokrasi dan masyarakat itu sendiri.
Baca Juga: Gubernur Elisa Kambu Tegaskan Pulau Gag Tidak Tercemar Tambang Nikel
Media Konvergensi sebagai Solusi
Di tengah situasi yang suram ini, media konvergensi muncul sebagai salah satu solusi yang strategis. Konvergensi media adalah proses penyatuan berbagai platform—cetak, radio, televisi, digital, dan bahkan media sosial—dalam satu ekosistem yang terpadu. Ini bukan hanya terkait teknologi, tetapi juga tentang efisiensi, kerjasama, dan peningkatan daya saing.
Media konvergensi adalah proses integrasi atau penggabungan berbagai bentuk media—seperti media cetak, radio, televisi, media daring (online), dan media sosial—dalam satu sistem atau platform terpadu, baik dari sisi konten, teknologi, maupun organisasi.