artikel

Mengapa Ibu Hamil Harus Bebas dari Stres? Ada Hubungannya terhadap Perkembangan Otak Janin

Kamis, 14 Agustus 2025 | 14:38 WIB

Edisi.co.id- Sebagian besar calon orang tua mengutarakan keinginannya agar sang anak lahir ke dunia dalam keadaan sehat.

Saat hamil, para ibu berusaha menjaga pola makan, mengkonsumsi vitamin, serta menghindari obat-obatan berbahaya. Namun, terdapat faktor lain yang sering terabaikan, yaitu stres selama kehamilan.

Meski kata "stres" sering kita dengar, namun ternyata definisinya cukup kompleks.

Baca Juga: Indonesia Mulai Susun Proposal Pendanaan Tahap Kedua dari GCF REDD+ RBP

Dokter sekaligus penulis Explorations of the Mind, Thomas R. Verny, M.D., menyebut, stres pada ibu hamil ternyata dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan otak janin.

"Stres dapat diartikan sebagai tuntutan internal dan eksternal yang memerlukan penyesuaian. Stres menjadi berbahaya ketika mekanisme adaptasi tubuh gagal," tutur Verny sebagaimana dilansir dari Psychology Today, pada Rabu, 6 Agustus 2025.

Saat tubuh merasakan stres, kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin dan noradrenalin ke dalam darah. Ini memicu respons “fight or flight” yang meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan gula darah, serta mengalihkan aliran darah dari organ dalam ke otot-otot besar.

Selain itu, stres memicu kerja sistem saraf simpatik dan menekan sistem parasimpatik yang berperan dalam istirahat, tidur, dan pencernaan.

"Pada ibu hamil, kondisi ini berarti janin akan menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi,” kata Verny.

"Respons ini baik jika seseorang sedang menghadapi bahaya, tapi tidak ideal bagi ibu yang mengandung," jelasnya.

Hasilnya, ibu hamil bisa mengalami gangguan tidur dan penyerapan nutrisi yang buruk, yang tentu berdampak pada janin.

Stres dalam waktu singkat biasanya tidak berbahaya karena tubuh memiliki mekanisme pemulihan alami. Namun, stres berat atau berkepanjangan—misalnya karena kehilangan pekerjaan atau tekanan hidup sebagai ibu tunggal—dapat membuat tubuh terus memproduksi hormon stres seperti kortisol, adrenalin, dan noradrenalin.

"Tubuh ibu akan terendam hormon stres dalam waktu lama, dan janin ikut terkena dampaknya," ujar Verny.

Kadar hormon stres yang tinggi dan berlangsung lama ini terbukti berbahaya bagi perkembangan janin, khususnya otaknya. Otak janin yang sedang terbentuk memiliki susunan sel saraf yang harus mencapai lokasi tertentu sesuai peta genetiknya.

"Jika kortisol terlalu tinggi, jalur migrasi sel otak bisa salah arah dan koneksi menjadi tidak normal," tukas Verny menambahkan.

Halaman:

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB