Pernyataan itu terkhusus soal fenomena sebagian orang yang tidak menggunakan layanan tersebut secara maksimal, tapi tetap membayarnya setiap bulan.
3. Investasi pada Barang Bernilai Turun
Membeli mobil baru atau barang mewah sebagai simbol status bisa merugikan. Steven Neeley dari Fortress Capital Advisors menyarankan untuk menghindari pembelian barang yang nilainya cepat turun.
"Daripada mobil mahal yang nilainya turun drastis, lebih baik beli mobil bekas yang masih layak pakai," ungkap Steven dalam artikel yang sama.
4. Tetap Biayai Anak yang Sudah Dewasa
Tak sedikit orang tua yang masih membiayai kebutuhan anak-anaknya, meski anak-anak itu sudah dewasa. Merry menyebut ini sebagai kebiasaan yang mengancam tabungan pensiun.
"Lebih baik bantu mereka mandiri, dan fokus ke dana hari tua Anda sendiri," tutur pakar dari Moneyzine itu.
5. Frugal Berlebihan Bisa Merugikan
Berhemat memang bagus, tapi terlalu pelit bisa merugikan. Percy Grunwald dari Compare Banks menjelaskan bahwa membeli barang murah namun cepat rusak bisa menyebabkan pengeluaran lebih besar di masa depan.
"Lebih baik beli barang yang kualitasnya bagus, meski sedikit lebih mahal," ujar Percy.
6. Gaya Hidup Tak Sesuai Kemampuan
Dennis Shirshikov dari Awning, menyebut banyak orang menaikkan gaya hidup mereka seiring kenaikan gaji. Mereka merasa wajar membeli rumah besar atau mobil mahal karena “mampu”.
Padahal, kemampuan membayar belum tentu berarti layak secara finansial.
7. Pengeluaran karena Tekanan Sosial
Terakhir, terdapat pula fenomena sebagian orang terjebak pengeluaran demi gengsi. Dari gawai terbaru hingga liburan mewah, semuanya dilakukan agar tidak kalah dari lingkungan sosial.