Q
Edisi.co.id - Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas, memiliki ribuan pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Kekayaan alam Indonesia dipengaruhi oleh letak geografis dan astronomisnya, yang berkontribusi pada keberagaman flora dan fauna di Tanah Air.
Garis Wallace dan garis Weber menjadi fokus pembahasan kali ini, karena keduanya berperan sebagai dasar pemisah dari persebaran flora dan fauna di Indonesia.
Garis Wallace, yang dinamai dari seorang peneliti Inggris bernama Alfred Russel Wallace, membagi flora dan fauna di wilayah Indonesia dan membentang dari Selat Lombok hingga Filipina bagian Selatan.
Baca Juga: Mengenal Bilangan Bulat dalam Matematika: Konsep Penting untuk Siswa
Wilayah tengah Indonesia, termasuk Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, adalah habitat dari fauna kepulauan Wallace yang merupakan percampuran antara tipe Asiatis dan tipe Australia.
Sebagai contoh, beberapa fauna tipe peralihan di wilayah ini termasuk babi rusa, anoa, komodo, buaya, ular, soa-soa layar, tarsius, dan burung maleo.
Sementara itu, flora tipe peralihan mencakup longuesi, gofasa, eboni, anggrek serat, cempaka hutan kasar, lontar, ajan kelicung, cendana, cengkeh, dan ampupu.
Di sisi lain, garis Weber yang dinamai dari seorang peneliti Jerman bernama Max Carl Wilhelm Weber memisahkan flora dan fauna di Indonesia menjadi tipe Asiatis dan tipe Australia.
Garis ini membentang dari Laut Arafura hingga Laut Maluku dan memisahkan wilayah pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Bali sebagai habitat dari fauna dan flora tipe Asiatis.
Sedangkan Kepulauan Aru, Halmahera, dan pulau Papua adalah habitat fauna dan flora tipe Australia.
Contoh fauna tipe Asiatis meliputi gajah, badak, orangutan, banteng, harimau, kura-kura, kera gibbon, ikan pesut, babi hutan, dan siamang.
Selain itu, flora tipe Asiatis mencakup rafflesia Arnoldi, anggrek, bunga bangkai, daun sang, dan kantung semar.