Oleh: Khairunnas
Alkisah, suatu ketika Umar bin Khattab berkata kepada Rasulullah Saw: “Ya Rasulullah, di kampungku ada orang yang sangat baik. Jika dibandingkan dengan ummat Islam lainnya dia jauh lebih baik.”
Mendengar ucapan tersebut Rasulullah Saw bertanya: “Bagaimana kebaikannya itu?”
Umar menjawab: “Dia adalah orang yang sangat taat dalam beribadah. Setiap hari kerjanya hanya beribadah di masjid baik pagi, siang, petang maupun malam. Dia terus berada di masjid sepanjang hari.”
Rasulullah Saw bertanya: “Apakah orang tersebut makan?”
“Dia bukan malaikat, sudah barang tentu dia makan ya Rasulullah,” jawab Umar.
“Apakah dia berpakaian?” tanya Rasulullah.
“Mana mungkin dia beribadah dalam keadaan telanjang,” jawab Umar.
“Siapakah yang memberi makan dan pakainnya?” tanya Rasulullah.
“Yang memberi makanan dan pakainnya adalah orang-orang kampung,” jawab Umar.
Mendengar keterangan Umar yang demikian itu, maka Rasulullah Saw bersabda: “Kalau demikian, orang-orang kampunglah yang lebih baik dari pada orang yang engkau anggap paling baik itu.”
Baca Juga: Hari Santri 22 Oktober, Resolusi Jihad yang Dicetuskan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari
Kisah ini hendaknya menyadarkan kita bahwa, untuk menjadi seorang muslim yang paripurna kita tidak harus membenci kehidupan dunia.
Kita tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menikmati kehidupan dunia secara wajar. Bukankah dunia beserta isinya diciptakan Allah Swt untuk manusia?
Beribadah dengan ikhlas dan berdakwah tanpa pamrih tentu sikap yang amat mulia di sisi Allah Swt. Akan tetapi beribadah dan berdakwah dengan mengabaikan kebutuhan diri sendiri dan keluarga tentu bukanlah tindakan yang bijak.
Allah Swt melarang manusia beribadah sampai menyakiti dirinya sendiri. Rasulullah Saw pernah ditegur oleh Allah Swt karena beribadah hingga kakinya bengkak. “Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah,” (QS. Thaha: 2)
Ketakwaan kepada Allah Swt tidak harus membuat kita takut menikmati karunia-Nya yang halal. Kita boleh hidup sederhana, tetapi tidak boleh membiarkan diri sendiri dan keluarga hidup menderita.
Dalam suatu riwayat Rasulullah Saw pernah menegur sahabat Ibnu Mas’ud karena mewasiatkan agar seluruh hartanya disedekahkan untuk kepentingan kaum Muslimin, tanpa sedikitpun menyisakan untuk anak perempuannya.
“Wahai sahabatku, jika engkau tinggalkan ahli warismu dalam kecukupan dan sehat sejahtera adalah lebih baik, dari pada engkau meninggalkannya dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada orang,” kata Rasulullah Saw kepada Ibnu Mas’ud.