Edisi.co.id - “Alhamdulillah, sejak memiliki usaha, kondisi rumah tangga kami banyak berubah. Kalau sebelumnya sering kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekarang sudah tercukupi,” ujar Sukati binti Jamin, yang memulai usaha kerajinan anyaman tas sejak beberapa tahun lalu.
Sukarti menceritakan perkembangan usahanya yang sekarang sudah cukup maju. Pada awalnya dia tertarik untuk belajar membuat kerajinan yang menggunakan bahan plastik kaca ini. Dia pernah belajar dari temannya, kemudian meneruskan belajar sendiri. Dia mencoba membuat beberapa kreasi.
Ternyata tas buatannya banyak mendapat pujian. Banyak tetangganya yang berminat untuk membeli. Hal tersebut makin memotivasi warga Desa Prajegan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo ini untuk terus berproduksi.
Baca Juga: Peluang Usaha Aneka Keripik dan Makanan Tradisional
Selain menjual langsung di rumahnya, Sukati mulai mempromosikan secara online. Dia mulai aktif mengenalkan produknya kepada teman-temannya melalui media sosial. Di samping itu dia terus meningkatkan kualitas produk dengan membuat model-model tas yang lebih kekinian.
“Saya terus mengikuti perkembangan model tas kekinian yang bisa menarik kalangan anak muda, antara lain dengan mengkombinasikan warna agar lebih menarik,” ujar Sukati yang mengaku hanya bermodal awal Rp 2 juta.
Hampir setiap hari Sukati selalu sibuk melakukan produksi untuk memenuhi pesanan dari para pelanggannya. Memang salah satu kendala yang kadang dia hadapi yaitu harga bahan baku yang sering naik. Namun kendala itu masih mampu dia atasi, terutama sejak dia bergabung dengan PNM Mekaar di tahun 2018, yang selalu memberikan masukan menyangkut pengelolaan usahanya.
Baca Juga: Wakil Walikota Tangerang, Sachrudin Ingatkan Masyarakat Agar Lebih Aware Terhadap Kesehatan
Dalam menjalankan usahanya, Sukati melibatkan ibu-ibu di sekitarnya yang juga merupakan anggota kelompok binaan PNM Mekaar. Tak kurang dari 17 orang ibu yang terlibat dalam usaha ini. Hasil produk mereka telah dipasarkan di beberapa kota besar bahkan hingga ke luar Jawa.
“Kedepan saya akan membuat toko untuk penjualan offline di rumah, agar lebih tertata dan rapi,” ujar sukati yang mengaku berpenghasilan rata-rata Rp 200 ribu per hari. ***