artikel

Pelung Usaha Anyaman Bambu dari Kabupaten Buleleng, Bali

Sabtu, 31 Desember 2022 | 21:31 WIB
Tas cantik hasil kerajinan berbahan bambu.

 

Edisi.co.id - Ni Luh membuat kerajinan anyaman bambu sejak 1999, yang merupakan usaha kerajinan turun temurun dari keluarganya. Memang Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali,  dimana Ni Luh tinggal merupakan salah satu sentra kerajinan bambu yang sudah banyak dikenal. “Sekaligus untuk melestarikan anyaman bambu juga untuk menyalurkan hobi dan juga  peluang usaha yang cukup menjanjikan,” ujarnya.

Dengan modal sekitar Rp 5 juta, dia mampu membuat berbagai jenis kerajinan seperti sokasi, keben (alat persembahyangan),  tempat tisu, tas, tempat botol, lampion, dll. Dia juga bisa membuat berbagai kerajinan sesuai permintaan konsumen. Berbagai hasil kerajinan itu dia pasarkan di beberapa toko kerajinan di Bali dan juga dipasarkan secara online dan melalui pameran.

Perkembangan usaha Ni Luh tak lepas dari dukungan PNM Mekaar yang aktif memberikan pembinaan dan dukungan permodalan. Sejak menjadi anggota kelompok PNM Mekaar di tahun 2019, Ni Luh tidak kesulitan untuk memperoleh permodalan. “Dengan adanya PNM Mekaar, untuk memperoleh modal menjadi gampang tidak berbelit-belit, cara pembayarannya ringan, dan banyak pelatihan,” ujarnya.

Baca Juga: Tiup Terompet Bareng di Old Shanghai Saat Malam Tahun Baru

Karena itu Ni Luh sangat senang bergabung dalam kelompok PNM Mekaar, terlebih di saat terjadi pandemi Covid-19 dimana ekonomi di Bali yang sangat tergantung pada pariwisata, sempat terpuruk. Di saat seperti itu dia tetap mendapat dorongan sehingga usahanya tetap bertahan. Ni Luh makin bangga menjadi nasabah PNM Mekaar karena bisa bertemu langsung dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), yang juga orang Bali, Bintang Puspayoga.

Beberapa pengetahuan yang dia peroleh sejak menjadi anggota kelompok, yaitu tentang pembukuan, cara meningkatkan omset, penjualan online, dan juga dibantu promosi. Dan yang tak kalah pentingnya yaitu bisa berinteraksi dan mempererat hubungan dengan tetangga.

Sejak tahun 2009 sudah lima kali mendapat pinjaman dari PNM, bahkan pada tiga pinjaman terakhir dia mendapat fasilitas pembiayaan melalui PNM ULaMM Plus masing-masing sebesar Rp 25 juta, Rp 45 juta, Rp 150 juta. Hal tersebut sejalan dengan kebutuhan modalnya yang semakin besar sebagai pengepul produk-produk kerajinan di desanya. Tak kurang dari 20 pengrajin yang tergabung dalam kelompoknya yang merupakan pengrajin anyaman bambu di sekitarnya.

Baca Juga: Peluang Usaha Tenun Khas Karo, Sumatera Utara

Sebagai pengepul dia pernah mencapai omset hingga Rp 30 juta perbulan, kemudian sempat turun menjadi Rp 15 juta di saat Covid-19. Kini penjualannya mulai meningkat lagi. Ke depan dia akan terus mengoptimalkan pemasaran secara online antara lain dengan memperluas jaringan reseller.

Kini kesejahteraan keluarganya sudah jauh lebih baik dimana dia sudah bisa memenuhi berbagai kebutuhan keluarga dari hasil usaha ini.  Ke depan dia akan terus berinovasi, mencari pelanggan baru bahkan hingga ke jenjang ekspor. ***

 

 

 

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB