Edisi.co.id - Para motivator sering menyarankan agar memulai usaha berdasarkan hobi. Namun bagi Yusnita, warga Jalan Bougenville, Binjai Utara, Sumatera Utara, tidak hanya sebatas hobi tapi juga ada nilai lebih yaitu untuk melestarikan budaya. Hal tersebut menjadi motivasinya saat memulai usaha kerajinan kain tenun khas Karo sejak tahun 2007.
Menurut Yusnita, kain tenun khas Karo yang biasa disebut uis nipes, sekarang mulai kehilangan pamor. Pakaian sejenis ulos yang biasa dikenakan saat upacara adat itu semakin tersingkirkan. Padahal, para leluhur sudah sepakat untuk menggunakan uis Karo ini pada setiap acara adat.
Karena itu, dengan segala keterbatasan, Yusnita memulai langkah nyata untuk melestarikan warisan budaya ini. Berbagai persiapan dia lakukan mulai dari penyiapan alat tenun, penyediaan benang sebagai bahan baku utama, pewarna dll. Dia pun mengajak para pemuda dan masyarakat sekitar yang ingin belajar menenun kain atau uis khas Karo ini.
Baca Juga: Hadapi Cuaca Ekstrim, Masyarakat Kabupaten Bogor Harus Tingkatkan Budaya Kewaspadaan Bencana Alam
Proses pembuatan uis memang membutuhkan kesabaran karena semua dilakukan secara manual menggunakan alat tenun bukan mesin. Untuk bisa menghasilkan satu lembar kain dibutuhkan waktu beberapa hari. Namun bagi Yusnita ada kepuasan tersendiri ketika produk itu selesai dikerjakan.
Ada dua jenis uis yang dibuat Yusnita, yaitu uis nipes polos dan uis nipes bercorak dengan harga jual berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu. Dalam seminggu Yusnita bersama delapan pekerja sekaligus anggota kelompoknya mampu menghasilkan sekitar 30 lembar.
Selain memasarkan secara langsung di rumah yang sekaligus tempat produksinya, Yusnita juga memasarkan melalui para pengumpul. Malahan dalam perkembangan selanjutnya Yusnita mulai aktif mengenalkan produknya melalui marketplace PaDi, sebuah pasar digital yang dibina Kementerian BUMN. Selain itu, dia juga mengembangkan kerjasama dengan para resellers serta mengikuti berbagai event pameran, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Baca Juga: Peluang Usaha Kain Tenun Tradisional Lombok
Untuk mendukung aktivitas produksi, Yusnita memberi kesempatan kepada mereka yang ingin belajar. Setelah mahir dan mampu berproduksi sendiri, dia siap menampung dan memasarkannya. “Saya siap menampung lebih banyak mereka yang ingin belajar menenun, terutama anak-anak muda, agar mereka bisa memanfaatkan waktu dengan baik sekaligus mendapatkan uang,” ujarnya.
Kini omset Yusnita sudah mencapai sekitar Rp 8 juta per minggu dimana sebagian dari keuntungan itu dia sisihkan untuk tambahan modal. Dia juga menjalin hubungan dengan lembaga keuangan yaitu PNM Mekaar. Yusnita mulai bergabung dengan kelompok PNM Mekaar pada tahun 2020.
Baca Juga: Mulai Pukul 20.00 WIB, Ruas Jl Sudirman - Thamrin Ditutup Total
Selain mengharapkan dukungan permodalan Yusnita ingin menimba pengetahuan lebih banyak melalui berbagai pelatihan dan pembinaan yang dilakukan PNM Mekaar. “Saya bisa mengikuti pelatihan, pameran, dan mendapat pendamping,” ujar Yusnita yang mengaku sudah mampu membantu meringankan tugas suaminya yang pendapatannya tidak menentu. ***