Edisi.co.id - Peran pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) sangat penting terlebih pada sektor ekonomi kreatif. Malahan sektor ekonomi ini diharapkan mampu berkontribusi dalam percepatan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Seperti yang sering disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, bahwa ekonomi kreatif merupakan garda terdepan dalam pemulihan ekonomi nasional.
Karena itu, pemerintah selalu memberikan perhatian pada sektor ini baik berupa dukungan permodalan, penguatan sumber daya manusia, maupun pemasaran melalui berbagai pameran dan pengenalan dunia digital.
Saat ini banyak pengrajin yang mulai memanfaatkan pasar digital sebagai jalur pemasarannya antara lain dengan membuka toko online. Hal tersebut juga dilakukan oleh Devita Julia Sanjaya Ningsih, salah seorang pelaku ekonomi kreatif bidang UMK yang menekuni usaha rajutan.
Baca Juga: Waspada! Aritmia Jantung Ternyata Bisa Sebabkan Kematian
Merajut merupakan salah satu cara pembuatan pakaian atau perlengkapan lainnya menggunakan benang rajut. Sebagai produk kreatif, hasil rajutan sangat ditentukan oleh keahlian dalam memainkan jarum dan benang, hingga menghasilkan produk yang unik dan menarik.
Karenanya, produk rajutan bukanlah produk massal tetapi kerajinan tangan yang unik. Bentuk dan motifnya yang khas menjadi daya tarik tersendiri dan sangat cocok bagi mereka yang ingin tampil beda. Proses pembuatannya sangat ditentukan oleh ketekunan, ketelitian dan kreativitas pelakunya. Proses pengerjaannya cukup lama, dan memerlukan kesabaran yang tinggi. Semakin sulit dan rumit pembuatannya, tentu berpengaruh pada tingkat harga. Tak heran kalau harga jualnya cukup tinggi.
Usaha rajutan ini cocok dijalankan oleh kaum ibu. Mereka bisa melakukannya sebagai aktivitas sampingan sambil mengurus anak di rumah. Bahkan aktivitas merajut bisa dilakukan di mana saja.
Baca Juga: Mulus dan Awet Muda, Shezy Idris Bersama Cut Mila Rawat Kecantikan di Klinik Bedah Inov Glow Sunter
Di lain pihak, tingkat persaingan belum terlalu ketat, sehingga peluang pasarnya masih terbuka. Malahan produk ini sering dicari oleh wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh. Meskipun di daerah atau di tempat lain memiliki kerajinan sejenis, namun motif dan modelnya tetap berbeda karena memiliki ciri khas masing-masing.
Banyak produk yang bisa dihasilkan dari aktivitas merajut ini seperti baju hangat, syal, topi, sandal, sepatu, tas, jaket, kaos kaki, hingga gaun, dan berbagai aksesoris untuk bayi. Produk rajutan ini banyak digemari oleh remaja putri dan kaum ibu yang menyukai tampilan yang unik dan elegan.
Salah satu jenis rajutan yang kini cukup popular yaitu rajutan berbahan tali kur karena lebih kuat dengan banyak pilihan warna. “Rajutan tali kur ini lebih awet dan tahan lama. Bahan bakunya murah dan mudah ditemukan dalam berbagai pilihan warna”, kata Devita yang memulai usaha ini sejak 2014.
Baca Juga: Komunitas Sehati Gerak Bersama dan Gerak Bareng Telah Menuntaskan Renovasi Rumah Warga
Devita sendiri tertarik menekuni usaha ini karena memiliki keterampilan merajut dari keluarga dan orang tuanya yang sebelumnya sudah menekuni usaha ini. Berbagai peralatan yang digunakan juga cukup sederhana, berupa gunting, lem tembak, benang, jarum, lilin, dll.
Pada awalnya Devita yang mengaku hanya bermodal Rp 1 juta, mengenalkan hasil rajutannya kepada saudara, tetangga, dan teman dekat. Kemudian mencoba masuk ke toko oleh-oleh, tempat pariwisata, dan media sosial. Dengan dibantu dua karyawannya, Devita lebih fokus pada pembuatan tas dan tempat tisu.