Mengenang Anton Tabah, Polisi yang Ulama, Punya Hobi Luar Biasa

photo author
- Senin, 11 Oktober 2021 | 14:32 WIB
Anton Tabah
Anton Tabah


Edisi.co.id - Berita duka datang dari Polri yang mengabarkan meninggalnya Irjen Pol (Purn) H. Anton Tabah, Ahad, 10 Oktober 2021. Menurut Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono, mantan ajudan Presiden Soeharto itu meninggal karena sakit, di rumahnya Margomulyo, Klaten, dan telah dimakamkan hari itu juga.

Anton Tabah, merupakan sosok polisi yang tidak biasa. Nama beliau cukup dikenal sejak era Orde Baru, sebagai salah seorang intelektual dari kalangan kepolisian. Beliau tak hanya mahir memegang senjata api, tapi juga lincah menggoreskan pena menuangkan ide dalam berbagai tulisan di media massa.

Di era reformasi, beliau setia mendamping mantan Presiden Soeharto, hingga penguasa Orde Baru itu wafat.

Baca Juga: Kolaborasi Muhammadiyah Aisyiyah Tangani 1.329 Anak Anak Yang Ditinggal Orang Tua Karena Covid 19

Saya pernah bertemu beliau saat masih menjadi wartawan Majalah InfoBank di awal tahun 1990-an. Suatu kali saya mendapat tugas mewawancarai beliau terkait tema laporan utama majalah kami, “Bisnis Militer”.

Beliau yang bertugas di Jakarta, menyediakan waktu untuk bertemu di sebuah bengkel mobil di kawasan Blok M, Jakarta. Dalam pertemuan, kami ngobrol sambil menunggu kendaraan beliau di-service.

Berbekal sedikit pengetahuan saya terkait karier beliau di kepolisian, pembicaraan kami langsung nyambung. Di awal karier, sekitar pertengahan tahun 80-an, beliau bertugas di Yogyakarta. Beliau banyak berhubungan dengan teman-teman mahasiswa, khususnya aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Memang ketika itu sedang ramai masalah azas tunggal Pancasila, yang menjadi perdebatan sengit di internal HMI.

Baca Juga: Final UEFA, Tim Perancis Menang Dramatis atas Spanyol 2-1

Saya yang saat itu aktif di HMI Cabang Solo, sering berhubungan dengan teman-teman di Yogyakarta. Cabang HMI di dua kota itu berada dalam naungan Badan Koordinasi (Badko) HMI Jawa Bagian Tengah. Karena itu, beberapa kali kami rapat di Yogyakarta, yang biasanya tak lepas dari pantauan aparat keamanan.

Ketika bertemu beliau di Blok M itu saya langsung bertanya mengenai pengalaman beliau saat tugas di Yogyakarta. Dengan gaya bertutur yang halus, beliau menjelaskan secara singkat. Intinya, menurut beliau, para mahasiswa yang kadang tampak bermusuhan dengan aparat, sebetulnya tidak masalah. Sikap mahasiswa itu lebih sebagai cerminan jiwa muda yang masih dalam proses. “Sebetulnya anak-anak itu tidak apa-apa, mereka masih dalam proses belajar,” kata beliau.

Bagi saya, apa yang beliau katakan cukup mengesankan. Berbeda dengan persepsi saya dan sebagian aktivis yang kadang melihat dunia intelijen sebagai sesuatu yang menyeramkan.

Saya makin terkesan saat membaca Curriculum Vitae (CV) beliau beberapa hari kemudian. Dimana pada kolom hobi tercantum : puasa senin-kamis.
Suatu hobi yang menurut saya sangat langka. Baru kali itu saya temukan hobi yang agak aneh dan tercantum resmi dalam CV.

Baca Juga: Erick Thohir Silaturahmi ke Mang Ihin di Bandung

Karena itu, saya tak heran ketika lebih 20 tahun kemudian nama beliau tercantum dalam kepengurusan MUI Pusat (2018-2020). Beliau juga cukup aktif menyuarakan aspirasi ummat Islam melalui lembaga itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Asri Al Jufri

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X