Mengenal Asal Sejarah Tari Kecak

photo author
- Selasa, 13 September 2022 | 14:50 WIB
Tari kecak
Tari kecak

Pada saat itu, para penari ini umumnya kemasukan roh halus, dan dapat berinteraksi dengan para leluhur atau dewa yang telah disucikannya. Penari ini dijadikannya sebagai media untuk menyampaikan sabda Nya. Ketika kerasukan, mereka pun melakukan tindakannya diluar dugaan. Contohnya yaitu melakukan beberapa gerakan yang cukup berbahaya maupun mengeluarkan suara yang jarang sekali mereka keluarkan.

Wayan Limbak merupakan seorang figur pencipta dari Tari Kecak. Di tahun 1930, Ia memperkenalkan tarian ini ke berbagai negara, dengan dibantu oleh seorang pelukis dari Jerman bernama Walter Spies.

Para penari laki-laki yang menari ini, akan menyerukan kata berupa “cak, cak, cak”. Dari seruan tersebutlah nama Kecak tercipta.

Tak hanya menyerukan kata itu saja, para penari ini juga diiringi dengan alunan musik berupa suara kerincingan. Suara itu muncul dari kincringan yang diikatkan pada kaki penari dari pemeran tokoh Ramayana.

Di dalam lingkaran tersebut, para penari kemudian beraksi. Dengan memainkan sejumlah tarian yang diambil dari beberapa episode cerita Ramayana yang berusaha untuk menyelamatkan Shinta dari tangan jahat Rahwana. Tak sedikit dari Tari Kecak ini pun melibatkan pengunjung yang tengah menyaksikan aksi tarian tersebut.

Sejarah Tari Kecak

Indonesia mempunyai berbagai kesenian tradisional yang tersebar di seluruh daerah dan membuat takjub para pengunjung dari mancanegara. Dengan salah satu kesenian yaitu Tari Kecak yang berasal dari Bali.

Tarian ini cukup populer bagi wisatawan nasional maupun internasional yang berkunjung ke Bali. Serta, rasanya ada yang kurang, manakala tidak menyaksikan pertunjukan dari Tari Kecak.

Namun, tahukah kamu bagaimana sejarah dari Tari Kecak pada zaman dulu hingga sekarang bisa menjadi cukup populer? Berikut penjelasan selengkapnya mengenai sejarah kesenian tradisional bernama Tari Kecak ini.

Alasan Walter membantu Wayan Limbak menciptakan sebuah tarian ini, yaitu karena Walter sangat tertarik dengan kesenian tradisional satu yakni Tari Kecak. Serta mempunyai ketertarikan dengan sejumlah ritual tradisional yang masih cukup kental. Nah, sedangkan seruan kata yang ada atau terdengar ketika para pemain tersebut memainkan tari Kecak, terdapat juga seruan berupa kata “cak cak cak” ketika kamu memainkannya seni tari ini.

Dari tradisi Sanghyang, diangkatlah seni tari ini dari sejumlah bagian dari kisah Ramayana. Sementara itu, asal tarian ini tercipta dari teriakan atau seruan kata yang muncul dari bibirnya yang berbunyi dan bernama “cak cak cak” ketika dimainkannya atau dipertunjukkan.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Tari Kecak ini berasal dari provinsi Bali. Suara alunan tarian ini menjadi khas ketika para penari mengikatkan krincing pada kaki masing-masing. Ornamen yang dikenakan menjadi lebih lengkap dan bagus, ketika mempertunjukan kesenian ini.

Sebab, tarian ini diiringi oleh alunan musik yang berasal dari kerincingan para penari. Suaranya yang khas itulah menjadi daya tarik tersendiri bagi Tari Kecak ini. Serta memberikan kesan bagi para penonton yang melihat pertunjukan dan mendengar suara kerincingan tersebut.

Walter, dan Wayan berdiskusi menciptakan tarian ini dengan semenarik dan secantik mungkin, kemudian memperkenalkan sampai ke berbagai negara atau mancanegara. Bahkan tak sedikit dari masyarakat setempat mempertunjukan Tarian Kecak tersebut, ketika menyambut para tamu besar.

Mulanya, tarian ini hanya ditampilkan di beberapa desa saja, dengan salah satu desanya yaitu Desa Bona di Gianyar. Seiring berjalannya waktu, pementasan ini semakin berkembang sampai ke semua daerah yang berada di pulau Bali. Tak hanya itu saja, tari ini juga dijadikan sebagai pertunjukan andalan saat adanya kegiatan besar. Misalnya festival yang sering kali dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X