Jejak Langkah Islam Di Depok: Pajajaran Keluarkan Senjata Pamungkasnya

photo author
- Kamis, 13 Oktober 2022 | 20:56 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

Edisi.co.id  - Pasukan Islam yang asalnya dipusatkan di Depok berikut logistiknya dipindahkan ke benteng muara beres.

Pakuan sudah menduga bahwa setiap saat Pakuan akan diserang. Sebagian usaha terakhir untuk mempertahankan kota pakuan, Pajajaran melepaskan senjata pamungkasnya.

Bendungan Leuwisipatahunan (lokasinya di Lebak pilar) dibongkar. Tak lama terjadilah banjir bandang yang besar.

Baca Juga: Jejak Langkah Islam Di Depok: Baru Membaca Syahadat Saja

Sedangkan letak benteng muara beres adanya di pinggir Ciliwung. Banyak tentara Islam yang hanyut terbawa banjir.

Masih beruntung bagi tentara Banten, karena cukup luas tanah yang lebih tinggi termasuk bekas Keraton prabu surawisesa, sehingga masih cukup banyak tentara Banten berikut logistiknya yang selamat.

Ada cerita rakyat Banten yang menggambarkan ciri uang dipenuhi udara panas yang beracun. Sebenarnya, bukan udara panas yang beracun tetapi banjir besar. 

Pasukan Banten cukup lama menduduki benteng muara beres. Raden syafei mendirikan masjid yang lokasinya sekarang di desa Karadenan. Menurut Drs. Saleh Danasasmita, masjid ini merupakan masjid pertama di Bogor.

Baca Juga: Jejak Langkah Islam Di Depok: Peperangan Cirebon Dan Demak

Makam Raden Syafei ada di belakang masjid tersebut. Setelah pasukan Banten dan pasukan Jayakarta cukup istirahat, kemudian baru menyusun kekuatan penyerangan ke pusat pemerintahan Pajajaran (Pakuan) dilanjutkan.

Ternyata benteng kota Pakuan cukup tangguh, Meriam-meriam kecil tentara Banten tidak sanggup membuka Lawang sekateng (pintu gerbang) kota Pakuan. Hanya dengan bantuan orang dalam Lawang sakateng itu bisa dibuka.

Rupanya "peluru emas" dari dulu sampai sekarang cukup ampuh. Tempat Lawang sakateng sampai sekarang masih bernama lawan Sekaten lokasinya di Depok museum Bogor. 

Dengan tidak mendapatkan perlawanan yang berarti pasukan Islam masuk kota Pakuan. Penyerangan diteruskan menjadi istana Pakuan yang lokasinya di batu tulis.

Ternyata istana pakuan bisa dikatakan kosong karena pusat pemerintah Pajajaran sudah dipindahkan ke pulo Sari (Pandeglang). Keraton Pajajaran yang jumlahnya 5 bangunan di bumihanguskan tidak tertinggal sedikitpun. Keraton Pajajaran itu tingginya 30 kaki yang disangga oleh tiang sebesar drum bir (sejarah Bogor: Drs. Saleh Danasasmita).

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Sumber: Buku Jejak Langkah Islam Di Kota Depok, Penerbit : MUI Depok

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X