Bahaya Childrenfree terhadap Populasi Negara, Ekonomi dan Kesehatan

photo author
- Kamis, 16 Februari 2023 | 18:27 WIB
Iliustrasi Pernikahan (Foto: Henry Lukmanul Hakim)
Iliustrasi Pernikahan (Foto: Henry Lukmanul Hakim)

Edisi.co.id  - Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah Tardi mengatakan, adalah hak seorang wanita sebagai pemilik rahim untuk menentukan ingin mempunyai anak atau tidak.

"Sebagai perempuan yang memiliki rahim untuk mengandung dan melahirkan anak, maka perempuan memiliki hak untuk menentukan apakah ingin memiliki anak atau tidak, jika ingin memiliki anak berapa, kapan, dan jaraknya berapa lama," ucapnya kepada wartawan, (12/2/2023).

Meski begitu, dia menyebut pemenuhan hak ini tidak bisa berdiri sendiri. Dia menyebut hal itu juga harus didiskusikan dan disepakati dengan suaminya untuk memilih menghadirkan anak ataupun childfree.

"Kami menghargai berbagai pendapat dan pandangan terkait dengan childfree. Bagi yang setuju dan tidak setuju dengan childfree tentunya mereka memiliki alasan masing-masing terhadap kehadiran anak, fungsi perkawinan, keberlanjutan turunan, dan lain-lain," kata Siti. 

Baca Juga: Jawa Tengah-Norwegia Jajaki Kerja Sama Transisi Energi 

Perempuan, lanjut Siti, harus mulai didorong untuk menyuarakan pendapat di depan suami. Menurutnya, wanita memiliki posisi tawar dan diajak mengambil keputusan. 

Menurut Tunggono (2021) dalam Childfree & Happy, ada berbagai alasan yang mendorong seseorang untuk tidak memiliki anak, antara lain alasan pribadi, misalnya merasa tidak memiliki waktu untuk mengurus anak atau merasa tidak mampu menjadi orang tua yang baik; alasan psikologis, seperti trauma masa kecil karena memiliki orang tua yang terlalu kasar; alasan medis, contohnya mandul; 

Alasan lainnya, karena keterbatasan ekonomi; alasan filosofis, misalnya menganggap bahwa membantu sesama dapat lebih efektif jika tidak memiliki anak, atau memiliki anak hanyalah ajang narsisme saja;

Juga faktor lingkungan hidup, maksudnya sebagian orang memutuskan childfree karena populasi dunia sudah terlalu membengkak; pengaruh pendidikan, kalangan yang memilih childfree cenderung mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan berpendidikan lebih tinggi; kebutuhan seksual, sebagian orang merasa tidak membutuhkan aktivitas seksual atau karena memiliki orientasi seksual yang berbeda.

Baca Juga: Tak Sanggup Dimarahi Ibunya Terus Menerus, Seorang Anak Laki-laki Nekat Lakukan Ini

TANGGAPAN BKKBN

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, turut berkomentar perihal pilihan untuk tidak mempunyai anak alias childfree. 

Menurut Hasto, ada konsekuensi secara umum dan khusus yang harus dibayar apabila childfree diterapkan.

"Pertama, secara populasi, artinya pengaruh terhadap populasi penduduk secara keseluruhan itu sangat negatif. Karena kalau orang itu berprinsip childfree, maka di suatu negara itu akan mengalami yang namanya zero growth atau bahkan minus growth," ujar Hasto, seperti diberitakan Republika.co.id, Jumat (10/2/2023).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ilham Dharmawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X