Namun penutupan pengajian bukan berarti tidak mengkaji atau menuntut ilmu setelah bulan Sya’ban, akan tetapi agar umat Islam punya kelonggaran waktu, kapan dan dimana saja mengaji tanpa batasan waktu dan tempat.
Baca Juga: Mengapa ada Yang Berpuasa Sunnah di Bulan Syaban?
Tradisi Kaum Betawi
Menurut Mpok Iyah, pegiat literasi dan budaya Betawi, ada tiga hal yang lazim dilakukan kaum Betawi menjelang puasa Ramadhan.
Kebiasaan ini sudah berkaitan dengan tradisi dan local wisdom masyarakat Betawi, utamanya menyambut bulan suci Ramadan.
Pertama, Rowahan. Makna Rowahan adalah aktivitas penutupan pengajian dan persiapan menuju bulan Ramadan.
Dalam Rowahan, satu keluarga berkumpul lalu membaca surah Yasin bersama, ditambah tahlil, zikir dan salawat kepada Nabi Muhamad Saw.
Doanya ditujukan kepada almarhum – almarhumah dari orang tua, keluarga, dan sanak saudara yang telah pulang ke alam Alam Barzah lebih dulu.
Setelah itu, acara ditutup dengan makan bersama. Menu Rowahan di setiap keluarga Betawi berbeda-beda. Ada semur jengkol, pecak ikan mas, tahu-tempe, sayur asem dan sambalnya.
Rowahan bisa juga diartikan sebagai “sedekah”. Misalnya, dalam acara Rowahan, kita boleh mengundang keluarga besar, tetangga-tetangga terdekat, jamaah masjid atau musholla, lalu ada pula yang memberikan mereka sembako untuk persiapan Ramadan.
Kedua, Tradisi Munggahan. Adapun Munggah berasal dari kata unggah, yang berarti naik ke atas.
Dalam tradisi Betawi, munggahan adalah hari-hari terakhir sebelum datangnya Ramadan.
Baca Juga: Rajab Masa Menanam, Syaban Masa Mengairi, Ramadhan Masanya Panen
Menurut kebiasaan, anak-anak yang sudah menikah, tetapi masih mempunyai orang tua, akan datang membawakan makanan ke rumah orang tuanya. Makanan munggahan bisa berupa yang sudah matang ataupun masih mentah.
Munggahan adalah tradisi baik sebagai penyambung silaturahmi kepada orang tua. Bila membawa makanan matang, biasanya semur daging atau bandeng bumbu kuning.