Edisi.co.id - Setiap perjalanan rumah tangga punya dinamikanya sendiri, ada yang guncangannya besar, ada pula yang kecil.
Segetir apapun problematika dan lika-likunya, harus dihadapi dengan jiwa besar.
Jangan dikira rumah tangga Rasulullah Saw dan para sahabatnya, selalu mulus dan lancar-lancar saja tanpa masalah. Begitu juga dengan rumah tangga para pendakwah, ada saja ujian dan cobaannya.
Diantara mereka, malah ada yang rumah tangganya kandas ditengah jalan.
Jika rumah tangga Nabi dan sahabatnya saja diuji, apalagi dengan umatnya.
Persoalan yang kita hadapi pun biasanya seputar rasa cemburu, orang ketiga, masalah ekonomi dan sebagainya.
Problematika itu datangnya bisa juga dari eksternal maupun internal keluarga kita sendiri.
Suatu ketika, Rasulullah Saw mendapat protes dari istri-istrinya dikarenakan nafkah yang diberikan nabi dianggap sedikit. Para istrinya menuntut permintaan nafkah yang lebih dari itu.
Kemudian Rasulullah Saw berniat untuk tidak akan mendatangi istri-istrinya selama satu bulan sebagai teguran terhadap para istrinya.
Baginda Rasulullah Saw tinggal seorang diri di kamar atas yang dibangun terpisah dari rumah beliau.
Kabar angin telah tersebar di kalangan para sahabat Nabi Saw, bahwa beliau telah menceraikan semua istrinya.
Saat itu, Umar bin Khaththab ra sedang berada di rumah. Ketika ia mendengar kabar miring ini, Umar segera menemui putrinya, Hafshah ra, sedang menangis di kamarnya.
Umar bertanya, “Mengapa engkau menangis? Bukankah selama ini aku telah memperingatkan kamu dari berbuat sesuatu yang dapat membuat Nabi Saw marah?”
Umar pun menuju masjid untuk duduk sejenak bersama para sahabat di dekat mimbar. Lalu Umar mencoba mendekati kamar Rasulullah Saw.