Berkontemplasi Dari Filosofi Pensil Sang Kiai

photo author
- Selasa, 5 September 2023 | 16:54 WIB
Dr. Muhammad Fahmi, ST, M.Si Penulis buku Cita-citaku Jadi Presiden
Dr. Muhammad Fahmi, ST, M.Si Penulis buku Cita-citaku Jadi Presiden

Oleh: Dr. Muhammad Fahmi, ST, MSi (Penulis Buku Cita-Citaku Jadi Presiden)

Dalam kegiatan apel senin pagi yang dihadiri oleh Wakil Walikota Depok Ir Imam Budi Hartono, MSi, Sekda Kota Drs. Supian Suri, MM, para pimpinan OPD, pejabat Strutural dan Para ASN Kota Depok, Walikota Depok KH. Dr. Mohamad Idris, MA menyampaikan kisah inspiratif kepada seluruh peserta apel pagi yang hadir. Kisah tersebut dapat menjadi bahan renungan dan kontemplasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Mohammad Idris mengisahkan bahwa pada suatu hari Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.

“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?” Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,

“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai”.

Baca Juga: Terjemahan Lirik Lagu 'Get A Guitar' dari RIIZE dalam Bahasa Inggris , Grup K-Pop yang Dinanti-nantikan

Melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

“Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya.” Ujar si cucu penasaran.

Si nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini.”

“Pensil ini mempunyai lima filosofi yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini.”

Si nenek kemudian menjelaskan lanjut Idris, lima filosofi dari sebuah pensil.

Baca Juga: Make-Up Anda Kering? Ini Cara Praktis Memperbaikinya

“Filosofi pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya” .

“Filosofi kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

“Filosofi ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X