Berkontemplasi Dari Filosofi Pensil Sang Kiai

photo author
- Selasa, 5 September 2023 | 16:54 WIB
Dr. Muhammad Fahmi, ST, M.Si Penulis buku Cita-citaku Jadi Presiden
Dr. Muhammad Fahmi, ST, M.Si Penulis buku Cita-citaku Jadi Presiden

“Filosofi keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

“Filosofi kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”

Demikian kisah inspiratif yang diceritakan ulang oleh Walikota Depok KH Dr. Mohamad Idris, MA. Bagi penulis kisah ini sangat memberikan motivasi untuk kita selalu mau berfikir akan apa yang ada di sekitar kita.

Dalam menjalani kehidupan, ada banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran. Bukan hanya dari kesalahan dari masa lalu, belajar dari sebuah benda mati pun bisa dilakukan. Selama kita mau membuka mata lebih lebar, apa pun di sekitar kita mengandung cerita dan hikmah yang bisa dipetik darinya. Salah satunya adalah sebuah pensil.

Dari literatur yang penulis dapatkan, sejak awal kehidupan manusia sampai saat ini, manusia hidup dalam pertukaran simbol dan tanda. Simbol maupun tanda dikomunikasikan dalam bentuk lisan maupun tertulis. Sejarah menunjukkan bahwa, manusia dahulu kala telah mampu menyampaikan maksud melalui tulisan dalam bentuk goresan-goresan dengan menggunakan batu. Sampai akhirnya kemudian ditemukan alat tulis yang memadai seperti yang kita gunakan saat ini, yaitu pensil.

Pensil sendiri awal mulanya ditemukan di Borrowdale, Inggris pada 1564. Yang selanjutnya oleh Nicolas Conte, seorang ahli kimia dari Prancis mengenalkan proses pembuatan pensil kayu pada 1795, selanjutnya ia mematenkan metode pembuatan pensil yang berasal dari campuran grafit dan tanah liat yang dibakar terlebih dahulu.

Munculnya pensil menjadi pertanda bagi kita bahwa alat yang dapat digunakan sebagai alat tulis ternyata memberikan beberapa nilai filosofi dalam kehidupan. Jika kita perhatikan secara seksama, pensil memiliki komponen dan bermutualisme dengan komponen lainnya agar ia bisa difungsikan dengan baik, seperti tangan pengguna, rautan, arang, penghapus, dan kertas sebagai arena menulis. 

Tentu saja, Kisah pensil melalui cerita nenek kepada cucunya ini mengajarkan kita tentang pentingnya menulis hal-hal indah dalam lembar hidup kita dan orang lain. Pensil ini juga mengajarkan kita untuk selalu berterima kasih kepada tangan yang membimbing setiap langkah kita, yaitu tangan Tuhan. Selain itu, pensil ini juga mengajarkan kita untuk tidak lupa beristirahat dan merenungkan (kontemplasi) kembali tujuan hidup kita

Bisa di buat sebuah pengertian bahwa pensil merupakan alat yang biasa tetapi pensil mempunyai sebuah filosofi besar dalam sebuah karir,ide-ide seseorang, karangan imajinasi seseorang yang dituangkan ke dalam lembaran kertas,sehingga filosofi pensil bisa di buat sebuah perjalanan ilmu seseorang.

Di dalam pensil juga mengandung sebuah makna yang dalam yang bersumber dari sebuah goresan tinta hitam yang bias membuat ide-ide cemerlang seseoreang itu hidup dan di ikuti oleh orang-orang sehingga pensil di samping mempunyai sebuah makna filosofi juga mempunyai sebuah makna kehidupan.

Bagi kita yang selalu dituntut untuk belajar, apa pun itu ilmunya kalau ingin mendokumentasikannya lewat sebuah buku maka pensillah yang berperan cukup aktif dalam pengambilan tulisan diibaratkan seperti pemburu kalau sudah mendapatkan buruan yang hidup maka yang harus d lakukan adalah menahannya atau memasukkan dalam sangkar seperti itulah arti dari sebuah pensil oleh para pembelajar.

Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas. Setiap saat kita tak bisa lepas dari berbagai unsur yang ada di sekeliling kita. Sebagai manusia yang ber-Tuhan, kita harus memiliki nilai spiritual untuk mengajarkan diri agar selalu rendah hati. Kemudian, dalam menjalani kehidupan, kita selayaknya terus berusaha memoles diri secara kontinu agar dapat meningkatkan kualitas pribadi.

Tak lupa, saat melakukan berbagai kesalahan, kita belajar berbenah diri untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. Saat kita maju, tak lupa untuk tetap belajar. Melalui sikap belajar yang konsisten, semoga apa yang telah dan akan kita pikir, ucapkan, dan perbuat, mampu menjadi berkat bagi diri sendiri dan bermanfaat untuk orang lain. Sehingga, hidup kita akan jauh lebih

berarti.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X