Dari sisi sosiologis, kita yang berpuasa juga bisa menghayati bagaimana penderitaan mereka yang tidak makan karena tidak mampu, menjadi lebih berempati, dan berujung dengan keinginan untuk bersedekah atau memberi bantuan. Kita lebih memperhatikan lingkungan karena sangat tidak nyaman kita hidup nyaman serba cukup sementara tetangga untuk makan sederhana saja tidak bisa. Selain bersifat charity, bisa jadi kita tergerak untuk memberikan pancing, berupa kesempatan kerja atau memberi ide pembentukan usaha rumahan.
Perut lapar tidak bisa menunggu, begitu kata pepatah. Kita sadar bahwa orang yang kelaparan bisa jadi melakukan tindakan negatif untuk mengisi perut, maka memberi pancing atau untuk sementara memberi ikan, setidaknya mengurangi potensi kea rah sana.
Satu hal yang sering didengung-dengungkan penceramah agama adalah pahala di bulan puasa menjadi berlipat di hari biasa. Nilai Rp 50.000 yang Anda sumbangkan ke panti asuhan di hari biasa menjadi minimal menjadi Rp 500.000 tetapi bisa juga menjadi Rp 35.000.000 di bulan Ramadhan. Luar biasa kan? Salat pun begitu. Bahkan salat sunnah nanti dihitung sebagai salat wajib. Tentu ini berlaku bagi mereka yang berpuasa, sehingga orang yang tahu akan melakukan banyak ibadah yang disukai Allah SWT, selain ibadah wajib.
Ya itulah mengapa Ramadhan dikatakan bulan istimewa. Dia menjadi tempat manusia untuk mendapatkan bonus dari Sang Pencipta. Pahala sehabis Ramadhan akan bertambah, minimal untuk mengimbangi kesalahan dan dosa yang dia lakukan di 11 bulan lainnya, karena semua yang baik dinilai berlipat-lipat dibanding hari biasa. Apalagi seorang yang beruntung mendapat anugerah malam Lailatul Qadr yang setara dengan 1000 bulan, maka tumpukan pahalanya sudah bergunung-gunung.
Maka orang yang berakal akan heran kepada orang yang lalai berpuasa dengan alasan apapun, kecuali kondisi kesehatannya benar-benar tidak memungkinkan. Ada bulan bonus kok tidak dimanfaatkan. Bagi orang Islam, setiap tindakan dapat menjadi pahala. Senyum, dapat pahala. Menyingkirkan kotoran ke tempat sampah, dapat pahala. Mengucapkan salam terlebih dahulu, mendapat pahala. Memandang langit dan mengagumi keindahan ciptaanNya dapat pahala. Berdzikir dapat pahala. Bahagia melihat orang senang, dapat pahala. Membuat orang senang, dapat pahala. Nah ini semua juga berlipat ganda di bulan Ramadhan. Kok tidak dimanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan Allah? ***
Maka banyak yang menyesal ketika bulan Ramadhan akan berakhir dan dia merasa belum secara total melakukan hal baik. Salat sunnah kurang banyak. Sedekah kurang banyak. Bersyukur kurang banyak. Oleh karena itu doa yang dianjurkan di hari terakhir puasa adalah meminta agar diberi panjang umur dan kesempatan untuk bertemu Ramadhan lagi tahun depan. Kita tidak tahu apakah masih diberi waktu atau tidak.
Sayangnya kita manusia sering terlambat. Baru sadar menjelang deadline, seperti kebanyakan wartawan yang menulis kalau sudah kondisi kepepet atau dimarahi Boss. Baru ingat ingin berbuat banyak kebaikan ketika puasa sudah di penghujung, padahal tabungan pahala masih sedikit.
Apakah kalau diberi umur tahun depan kita menyusun strategi menjalani bulan Ramadhan dengan program kegiatan yang ketat? Belum tentu juga. Manusia sumbernya lupa. Dalam kosa kata orang Betawi, ada istilah Tomat. Sekarang tobat tapi tak lama kembali kumat.
Apapun itu semoga puasa kita yang sudah memasuki hari akhir, mendapat pahala, rahmat, dan hidayah dari Allah Swt. Meskipun mungkin tidak dapat THR, atau bahkan gaji karena berhenti bekerja akibat perusahaan tidak mampu.
Meskipun kondisi negeri ini tidak baik-baik saja, kita berdoa agar selalu diberikan kesehatan lahir dan batin untuk menjalaninya dengan hati riang gembira. Yang terkena PHK kembali dapat memperoleh pekerjaan. Yang usahanya redup dapat kembali bangkit. Yang perusahaannya dilanda masalah, dapat mencari jalan keluar. Dan masyarakat pers tidak putus asa, dapat bertahan dalam tekanan politik, dapat bertahan dalam tekanan ekonomi yang kurang kondusif, dan tetap kompak menghadapi musuh-musuh kemerdekaan pers. Semoga.
Waalahu a’lam bhisawab.
Ciputat 29 Maret 2025
Artikel Terkait
Ramadan Berkah, PMI Kota Jakarta Utara Gelar Buka Puasa Bersama
Ini Tujuan Pesantren Ramadan SMP PCI: Implementasikan Spirit Puasa dalam Kehidupan Sehari-hari
FJB Kumpul Buka Puasa Bersama sambil Diskusi tentang Jakarta
Sambangi Ruang Tahanan, Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok, Berikan Menu Berbuka Puasa
Akmal Marhali: Timnas Adopsi Hikmah Puasa Bulan Ramadhan, Disiplin dan Sabar
Belajar dari Mpok Atiek, Ini Risiko Kesehatan karena Terlalu Banyak Makan Makanan Manis saat Buka Puasa