Menyelami Filosofi Avicenna Tentang Mental Jiwa yang Kuat, Hidupkan Kecerdasan Seseorang

photo author
- Rabu, 3 September 2025 | 16:55 WIB
Cendikiawan muslim, Ibnu Sina atau dikenal dengan nama Avicenna. (X.com/@soulmates)
Cendikiawan muslim, Ibnu Sina atau dikenal dengan nama Avicenna. (X.com/@soulmates)

Edisi.co.id - Di tengah kejayaan peradaban Islam pada abad ke-10, lahirlah seorang pemikir besar yang namanya tak lekang oleh waktu, dia adalah Ibnu Sina atau yang dikenal juga dengan nama Avicenna.

Ia bukan hanya dokter dan filsuf, tetapi juga peneliti jiwa manusia. Baginya, kesehatan mental bukan sekadar bebas dari gangguan, melainkan pondasi yang menyalakan kecerdasan seseorang.

Ibnu Sina percaya kekuatan pikiran dan kejernihan jiwa adalah kunci untuk memahami dunia.

Baca Juga: Studi: Fenomena Mundurnya Perempuan dari Dunia Kerja 2025, Salah Satunya demi Jemput Anak ke Daycare

"Pengetahuan pertama manusia adalah ‘Aku ada’," tulisnya dalam Karya Bukunya bertajuk Al-Shifa.

Bagi Ibnu Sina, kesadaran diri ini adalah titik awal dari semua ilmu. Tanpa jiwa yang tenang, kecerdasan tak akan berkembang optimal.

Ia merumuskan gagasannya lewat eksperimen pikiran yang terkenal, “Manusia Melayang”.

Bayangkan, kata Ibnu Sina, seseorang diciptakan seketika dalam keadaan melayang di udara, tanpa merasakan tubuhnya, tanpa mendengar atau melihat apa pun.

Meski terputus dari semua sensasi, orang itu tetap akan sadar bahwa dirinya ada. Inilah bukti bahwa jiwa adalah inti manusia, terpisah dari tubuh, dan tak tergantung pada pancaindra.

Pemikiran ini sejalan dengan konsep kesehatan mental modern: kesadaran diri menjadi pijakan untuk mengelola pikiran, emosi, dan tindakan.

Bagi Ibnu Sina, menjaga kejernihan jiwa adalah bagian dari menjaga kecerdasan. Ia melihat hubungan erat antara kesehatan mental dengan kemampuan berpikir jernih dan kreatif.

Sebagai seorang dokter, ia juga menekankan keseimbangan antara tubuh dan jiwa. Tubuh yang sehat memberi energi, tetapi jiwa yang tenang memberi arah.

“Jiwa adalah kesempurnaan, dan tubuh hanyalah wadahnya,” tegas Ibnu Sina.

Ia percaya bahwa kecerdasan manusia tidak lahir hanya dari pengetahuan yang dikumpulkan, melainkan dari kemampuan jiwa untuk menerima dan mengolah kebenaran.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X