Oleh :Khairulloh Ahyari
Hari ini, 59 tahun yang lalu, tepatnya 8 Mei 1964, Manifesto Kebudayaan dibubarkan oleh Presiden Soekarno.
Alasannya, karena tidak sesuai dengan semangat revolusioner, juga tidak boleh ada manifesto, selain manifesto politik atau USDEK yang telah diusung pemerintahan Presiden Soekarno.
Manifesto kebudayaan lahir atas prakarsa beberapa budayawan dan cendekiawan.
Di antara mereka adalah HB Jassin, Wiratmo Soekito, dan Trisno Sumardjo, Bokor Hutasuhut, Goenawan Muhammad, Soe Hok Djin, Gerson Poyk, Taufik Ismail, Hartoyo Andangdjaya dan lain-lain.
Manifes Kebudayaan merupakan respon atas semakin dominannya pengaruh Lekra dalam kegiatan kebudayaan.
Lekra adalah Lembaga Kebudayaan Rakyat yang didirikan oleh DN Aidit, Nyoto, A.S Dharta, M.S Ashar. Afiliasi politiknya kepada PKI
Perbedaan antara kelompok manifes kebudayaan dan Lekra semakin memuncak, karena perbedaan idoelogi dan prektek di lapangan.
Manifes kebudayaan mengusung konsep humanisme universal yang menjadikan kebudayaan untuk memuliakan nilai kemanusiaan.
Di sisi lain Lekra menjadikan jargon politik sebagai panglima dalam kebudayaan.
Bahkan di banyak kesempatan disinyalir Lekra telah berubah menjadi forum agitasi, penyebaran kebencian, fitnah, dan penyebaran paham komunisme.
Di sisi lain, manifes kebudayaan menjadikan Pancasila sebagai falsafah dasar kebudayaan bangsa Indonesia.
Isi Manifesto Kebudayaan :
"Kami para seniman dan cendekiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah Manifes Kebudayaan yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik Kebudayaan Nasional kami.
Artikel Terkait
Kapolri dan Panglima Sepakat Sinergitas TNI-Polri Kunci Sukses Keamanan KTT ASEAN
Dapat Tambahan 8.000 Kuota Haji, Menag: Kita Segera Bahas dengan DPR
Atlet Sepeda Raih Medali Emas di SEA Games, Kapolri Ucapkan Selamat
Jelang KTT ASEAN di Labuan Bajo, Dirut PLN Pimpin Apel Siaga Kelistrikan bersama Gubernur NTT
Selamat! Atta Halilintar Umumkan Aurel Hermansyah Tengah Hamil: Merinding.. Ameena Punya Ade