Baca Juga: Meski Sudah Putus Dengan Alyssa Daguise, Al belum hapus foto sang mantan di IG Pribadinya
Anggapan itu tak sepenuhnya benar. Aku tidak sedang membela diri. Sumpah, ketika itu aku juga punya mimpi besar untuk kejayaan negeri ini. Temanku yang nampak lugu, jujur, bersih, konon pintar pula, dan tak terkait dengan Orba, aku yakin dapat menjadi variabel penting untuk menyelesaikan sebagian masalah, terutama terkait KKN.
Ternyata aku salah besar. Tapi semua sudah terlambat. Korupsi, kolusi, dan nepotisme justru merajalela selama sembilan (9) tahun periode pemerintahannya. Untuk semua itu, dan syahwat kekuasaannya, ia lebih durjana daripada penguasa Orba. Wallahi, aku terkejut. Tapi aku membiarkannya karen kerajaan bisnisku aman dan lancar. Meskipun terkadang aku terbangun dari tidur ketika wajahnya yang aneh muncul dalam tidurku.
Sekarang aku heran sendiri, mengapa sikap resistensiku kepada kezaliman yang aku jaga sejak dulu berubah? Padahal, dulu, ketika Soeharto sedang kuat-kuatnya, aku mendirikan koran "Prioritas" yang kritis pada pemerintah. Pada saat bersamaan, bisnisku berkembang. Namaku melejit di panggung nasional. Bravo, Surya Paloh!
Dus, sejak awal aku meyakini bisnis tetap bisa tumbuh tanpa perlu menjilat pada kekuasaan. Sekali lagi, pasti orang mengira aku oportunistik. Aku membangun "Prioritas" yang kritis pada rezim tak lebih daripada siasat bisnisku doang.
Toh, pada waktu itu, media yang kritis terhadap rezim pasti laku keras. Dan memang dalam waktu singkat, oplah "Prioritas" terjual hingga 100 ribu eksemplar. Yang dilupakan orang adalah resiko yang mungkin aku pikul jauh lebih besar ketimbang keuntungan yang akan aku peroleh.
Aku adalah kader Golkar dan sedang membangun bisnisku sendiri. Karier politikku pun sedang menanjak. Aku menyadari sepenuhnya bahwa rezim dengan mudah dapat menggulung karier politik dan bisnisku kapan saja ia kehendaki. Terbukti, tak sampai dua tahun "Prioritas" dibreidel. Aku menyesal, tapi menyadari tak semua yang kita inginkan di dunia ini dapat terpenuhi.
Baca Juga: Anak Susah Makan Pasca Sakit, Nikita Willy Sewa Feeding Specialist
Tak lama, aku mendirikan koran "Media Indonesia" yang sangat vokal pada Menteri Penerangan Harmoko, yang ketika itu menjadi common enemy bagi pers nasional. Dengan mempertimbangkan risiko besar yang mungkin kuhadapi, mestinya menggugurkan imajinasi orang bahwa tak ada hal lain yang kukejar kecuali keuntungan materi.
Dan ketika kader partaiku baru-baru ini digelandang sebagai koruptor ada orang yang mengaitkannya dengan aku dan kader-kader partaiku. Aku tantang: silakan periksa kami seluruhnya. Tapi jangan juga membatasi hanya pada aku, partaiku, dan orang-orangku. Periksa semua orang terkait dari ujung kanan sampai ujung kiri, dari ujung barat hingga ujung timur. Biar semua jelas dan tak ada dusta di antara kita.
Kendati aku berkepentingan memelihara kerajaan bisnisku, sungguh aku berkomitmen memajukan bangsa ini melalui mediaku. Media berfungsi sebagai instrumen untuk menjaga kewarasan publik, mengawasi pemerintah, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
Kala aku hanya mengejar keuntungan pribadi, mestinya bukan bisnis media yang aku geluti, yang berisiko secara politik maupun kelangsungan bisnisku.
Cap oportunistik pada diriku muncul ketika -- menurut musuh rezim -- partai dan mediaku menopang secara tidak kritis terhadap rezim saat ini. Aku menganggap hal itu wajar karena, subagai pendukung rezim, tidak logis kalau aku mengambil sikap berbeda secara diametral dengan pemerintah.
Biar begitu, mediaku kadang menolak secara arif kebijakan rezim yang aku pandang berdampak luas pada kemaslahatan bangsa secara keseluruhan. Kendati terkejut atas aniaya rezim pada bisnisku saat ini -- mungkin juga dilanjutkan dengan aniaya atas partai dan bakal capres yang kudukung -- aku tak menyesal. Tidak bakal!
Baca Juga: Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Ke 115 Sebagai Momentum Bangkit Pasca Pandemi
Artikel Terkait
Patroli Malam Berikan Himbauan Kamtibmas kepada Remaja di Pulau Panggang
Bhabinkamtibmas Pulau Tidung Sambang Ke Tokoh Masyarakat Beri Himbauan Kamtibmas
Fantasy Boys MBC: Pengumuman Hasil Babak 4 dan Menuju Babak Semifinal
Toko Gunung Agung Akan Tutup Seluruh Cabangnya di Akhir 2023 Akibat Kerugian sejak Pandemi Covid-19
Rambut Hitam Panjang Karina Aespa Kembali: Kesan Segar dan Mempesona di Inkigayo