Memprediksi Nasib Partai Islam pada Pemilu 2024

photo author
- Sabtu, 29 Juli 2023 | 15:12 WIB
Jangan sampai aspirasi umat Islam tidak tersalurkan di tengah merosotnya kepercayaan terhadap partai-partai Islam.
Jangan sampai aspirasi umat Islam tidak tersalurkan di tengah merosotnya kepercayaan terhadap partai-partai Islam.

 

Edisi.co.id - Hasil survei yang dilakukan oleh Lingkar Survei Indonesia (LSI) terhadap  partai-partai Islam pada Pemilu 2024 diprediksi akan mencatat sejarah yang paling buruk. Diperkirakan perolehan kursi di DPR RI akan semakin anjlok.

Capaian tertinggi partai-partai Islam diperoleh pada Pemilu 2004 dengan jumlah kursi di DPR RI sekitar 42,6% atau 233 dari total 547 anggota. Pada pemilu berikutnya perolehan kursi itu makin merosot menjadi 30,18% (2009), 31,25% (2014), dan 29,74% (2019). Kalau mengacu pada hasil survei LSI tersebut, mungkin saja angka itu hanya tinggal 25% bahkan lebih rendah  pada Pemilu 2024 nanti.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi mengapa partai-partai Islam makin tidak menarik bagi para pemilih yang mayoritas beragama Islam. Kalau kita kaji, hampir semua faktor berasal dari internal partai itu sendiri, seperti lemahnya kepemimpinan; perpecahan dan konflik internal; tidak jelasnya ideologi, visi dan misi yang diperjuangkan; pelanggaran etika dan  korupsi; keterbatasan dana, dll.

Baca Juga: Team Patroli Satuan Polair Polres Kepulauan Seribu Sambangi Nelayan di Perairan Pulau Ayer

Karena kelemahan itu berasal dari dalam, maka langkah pembenahan yang harus dilakukan yaitu dengan mengevaluasi dan melakukan perbaikan atas kondisi internal tersebut.

Tidak bisa disangkal, bahwa peran kepemimpinan sangat menentukan kemajuan suatu partai politik. Kharisma seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam menggerakkan partisipasi anggota sekaligus menjadi magnet dalam meraih dukungan massa.

Hampir semua partai Islam yang ada sekarang tidak memiliki figur kepemimpinan yang bisa diandalkan. Tidak ada pimpinan yang cukup menonjol dengan kompetensi yang bisa dibanggakan. Akibatnya, juga tidak ada keteladanan yang bisa menjadi idola bagi calon konstituen termasuk bagi kalangan melinial yang menjadi pemilih pemula.

Baca Juga: Patroli Malam Polsek Kepulauan Seribu Utara Himbau Anak Remaja, Masyarakat, dan Wisatawan untuk Hindari Miras

Namun di lain pihak, kharisma dan kompetensi seorang pemimpin juga tidak boleh mereduksi nilai-nilai demokrasi yang harus menjadi napas dari bergulirnya roda organisasi.  

Sebaliknya, banyak pimpinan partai yang justru tidak memiliki integritas, sehingga  telibat dalam berbagai kasus korupsi, baik yang sudah diproses secara hukum maupun yang belum diproses karena belum terungkap. Kondisi terakhir ini makin menyebabkan partai tidak mandiri dan tidak mampu bersikap independen karena para elitenya dibayang-bayangi oleh jeratan hukum yang setiap saat bisa menerpa.

Tak heran kalau umumnya partai Islam hanya menjadi pengekor atau follower dari partai penguasa. Mereka tidak berani mengambil keputusan strategis termasuk dalam koalisi pencalonan presiden. Mereka sepenuhnya berada dalam kendalikan partai lain, terutama partai penguasa. Tidak heran kalau keputusan dari elite pimpinan partai Islam ini banyak yang bertentangan dengan kehendak dan aspirasi para anggotanya.

Baca Juga: Bhabinkamtibmas Pulau Pari Jalin Silaturahmi dengan Toga, Tomas, dan Toda di Pulau Pari

Masih terkait dengan kepemimpinan, kesolidan suatu partai menjadi ujian atas keefektifan suatu kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif tentu akan mampu meredam kemungkinan perpecahan atau konflik internal tersebut. Perpecahan bisa berupa pembentukan partai baru, sedangkan konflik internal biasanya berujung pada dualisme kepemimpinan.

Meskipun tradisi perpecahan dan konflik internal ini sebetulnya bukan hanya didominasi  partai-partai Islam, namun kasus ini sangat sering terjadi. Kita bisa belajar dari perjalanan empat partai Islam yang sekarang lolos ke Senayan, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan juga Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Malahan belakangan PAN “melahirkan” Partai Ummat  dan PKS “melahirkan” Partai Gelora.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Asri Al Jufri

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X