artikel

Waktu yang Tak Pernah Pulang: Catatan Seorang Freelancer Film tentang Etika Jam Kerja

Rabu, 21 Mei 2025 | 09:26 WIB

Candaan tentang jam 9 pagi bukan cuma mencerminkan jadwal yang kacau, tapi juga kekuatan bertahan para kru. Di tengah lelah yang luar biasa, humor jadi satu-satunya hiburan murah meriah yang bisa kami nikmati. Tapi sekeras apa pun tawa itu, tubuh tetap menyimpan catatan kelelahan yang tak bisa dilupakan.

Perjuangan yang Terlalu Mahal

Memang benar, setiap pekerjaan ada risikonya. Tapi ketika risiko itu menyentuh batas kemanusiaan, rasanya ada yang perlu dikoreksi. Aku melihat banyak kru lain yang mengalami hal serupa. Ada yang sakit karena kurang tidur bahkan tidak tidur, ada yang pingsan karena kelelahan bahkan luka di bagian kaki karena terlalu banyak gerak atau gesekkan di sepatu. Ironis, bukan?

Semuanya tetap bertahan karena kebutuhan hidup. Karena kami cinta pada pekerjaan ini. Tapi sampai kapan idealisme harus mengalah pada sistem yang tak adil?

Bukan Soal Cepat Selesai, Tapi Soal Menghargai

Dalam dunia film, waktu sering dianggap sebagai lawan yang harus ditaklukkan. Jadwal produksi yang padat membuat banyak orang berlomba menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin, tanpa sempat bertanya, apakah semua orang baik-baik saja? Padahal, produksi yang selesai cepat bukan berarti efisien jika harus mengorbankan kesehatan para kru.

Aku belajar, bahwa menyelesaikan pekerjaan bukan hanya soal kecepatan, tapi soal bagaimana kita menghargai proses dan orang-orang di dalamnya. Menghargai waktu bukan sekadar mempercepat pengambilan gambar atau memadatkan jadwal, tetapi juga memberi ruang bagi tubuh untuk bernapas, memberi jeda bagi pikiran untuk tetap waras, dan mengizinkan tenaga untuk pulih.

Ketika waktu istirahat diremehkan, kualitas kerja pun ikut menurun. Kru yang lelah tidak bisa fokus, hasil kerja jadi tidak optimal, dan suasana di lokasi syuting pun menjadi tegang. Sebaliknya, ketika jadwal dirancang dengan pertimbangan manusiawi, hasilnya justru lebih baik. Kami bekerja dengan lebih ikhlas, lebih teliti, dan lebih saling menghargai.

Menghargai waktu bukan hanya tanggung jawab produser atau manajer produksi. Ini tanggung jawab bersama, sebagai sesama manusia yang ingin terus berkarya tanpa kehilangan kemanusiaannya. 

Solusi Bukan Mustahil

Aku tahu perubahan tidak bisa instan. Tapi ada solusi yang sebenarnya cukup realistis. Mulai dari menyusun jadwal syuting yang lebih manusiawi, mengikuti jam kerja yang sudah ditetapkan oleh Undang-Undang, hingga membuka ruang evaluasi di akhir produksi. Terpenting, adanya kesadaran bahwa dunia kreatif tetap membutuhkan sistem yang sehat.

Aku juga percaya, peran asosiasi pekerja film sangat penting dalam memperjuangkan hak-hak dasar ini. Karena pekerja film bukan robot. Kami manusia yang bekerja dengan rasa, bukan hanya tenaga.

Akhir yang Selalu Terbuka

Tulisan ini bukan akhir. Justru ini adalah awal dari kesadaran. Kesadaran bahwa etika waktu dalam dunia kerja adalah hal penting, apalagi dalam industri yang sangat mengandalkan kolaborasi dan kekompakan seperti film.

Dari semua pengalaman yang aku lalui sebagai freelancer film, satu hal yang aku garis bawahi adalah pentingnya etika waktu dalam bekerja. Dunia kreatif seperti perfilman memang menuntut fleksibilitas, tapi bukan berarti mengabaikan batasan fisik dan mental para pekerjanya. Jam kerja yang Panjang, candaan tentang pulang pagi, hingga tawa pahit tentang wrap jam sembilan pagi. Semuanya bukan hal yang seharusnya dianggap normal.

Halaman:

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB