Menjaga etika saat berbicara adalah wujud kepedulian kita terhadap orang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang mereka perjuangkan mungkin mereka sedang berusaha menurunkan berat badan, mungkin sedang dalam masa pengobatan, atau mungkin sedang berusaha menerima diri sendiri apa adanya. Ucapan “Kamu kelihatan lebih gemuk ya” yang terdengar biasa saja, bias jadikan bagaikan bom yang menghancurkan bagi seseorang yang sedang melalui masa-masa sulit.
Etika juga bias mencakup kemampuan untuk mengendalikan diri kita. Jika kita tidak memiliki sesuatu yang baik untuk diucapkan, maka lebih baik diam saja karena itu adalah pilihin yang paling bijaksana.
Kisah yang Tidak Ingin Diulang
Meskipun belum sepenuhnya hilang, kesadaran masyarakat tentang bahaya body shaming perlhan kita mulai meningkat. Gerakan-gerakan seperti #BodyPositivity dan #NoBodyShaming semakin sering disuarakan, terutama oleh generasi muda di media sosial. Komunitas-Komunitas yang mendukung keberagaman bentuk tubuh juga semakin berkembang, memberikan tempat yang aman bagi mereka yang selama ini merasa terpinggirkan oleh standar kecantikan yang tidak realistis.
Salah satu kampanye positif yang cukup popular adalah “ Semuah Tubuh itu Berharga,” yang diinisiasi oleh sejumlah influencer perempuan Indonesia. Meraka berbagi pengalaman pribadi sebagai korban Body Shaming dan mengajak masyarakat untuk berhenti menyadarkan banyak orang bahwa tubuh bukanlah bahan candaan, melainkan ruang pribadi yang harus dihargai.
Refleksi Mendalam tentang Etika
Body shaming sebenarnya menunjukan masalah etika yang lebih mendasar dalam kehidupan bermasyarakat. Etika seharusnya tercermin dalam hal-hal sederhana, seperti bagaimana kita memandang, menilai, dan menyapa orang lain. Sering kali, kata-kata yang terdengar ringan justru bias meninggalkan luka yang dalam. Oleh karena itu, Jika kita ingin menciptakan masyarakat yang sehat secara mental, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menjaga tutur kata dan meningkatkan rasa empati.
Etika berarti menghargai orang lain, menyadari bahwa setiap ucapan memiliki dampak, dan menciptakan lingkungan sosial yang nyaman dan aman bagi semua orang, tanpa memandang bentuk tubuh mereka.
Mari Jaga lidah kita
Tubuh bukanlah sesuatu untuk dijadikan bahan lelucon. Tubuh adalah tempat bersemayamnya jiwa, dan setiap tempat seperti itu pantas mendapatkan penghormatan. Body shaming merupakan pelanggaran terhadap hak seseorang atas tubuhnya sendiri. Ini bukan hanya masalah kesopanan, tapi juga manyangkut nilai-nilai kemanusian dan etika
Marilah kita mulai dari diri kita sendiri dengan belajar mengendalikan ucapan, meningkatkan rasa empati, serta membiasakan diri menggunakan kata-kata yang sopan penuh perhatian.
Di era keterbukaan dan media sosial seperti sekarang, kita memiliki dua pilihan, Ikut berkontribusi pada perubahan positif atau tetap diam sambil menybarkan komentar negative. Mulailah dari hal yang sederhana, yaitu berhenti mengomentari tubuh orang lain dan lebih banyak memberikan dukungan dari pada penialian.
Luka yang di timbulkan oleh body shaming mungkin tidak terlihat secara fisik, tapi dampaknya bias bertahan seumur hidup. Untuk mencegah hal itu, satu hal yang kita perlukan adalah etika.***
(Penulis: Ahmad subayu)