artikel

Abu Zayd Al-Balkhi: Pemikir Muslim yang Menyelami Kesehatan Mental Sejak Abad ke-9, Jauh Sebelum Psikologi Modern

Jumat, 15 Agustus 2025 | 16:49 WIB
Pemikir Muslim, Abu Zayd Al-Balkhi yang menyelami pentingnya kesehatan mental sejak abad ke-9 Masehi. (X.com/@midhfulhue)


Edisi.co.id - Jauh sebelum diskusi modern tentang kesehatan mental, terdapat satu nama dari abad ke-9 yang jarang terdengar namun meninggalkan warisan penting dalam dunia psikologi, dia adalah Abu Zayd Al-Balkhi.

Lahir pada tahun 850 M di Shamistiyan, Balkh (kini Afghanistan), Al-Balkhi dikenal sebagai seorang cendekiawan muslim yang mempelajari banyak bidang, mulai dari geografi, matematika, hingga ilmu jiwa.

Pada masa mudanya, Al-Balkhi belajar di Irak, salah satunya kepada filsuf terkenal Abu Yusuf al-Kindi. Perjalanannya ke pusat peradaban Islam yang tengah mengalami masa keemasan membentuk cara pandangnya.

Baca Juga: Soroti Dampak Penggunaan Gawai Berlebihan pada Anak-anak, Mendikdasmen Ingatkan Pengawasan Orang Tua: Kebanyakan Main Game Bikin Mager

Dalam karyanya 'Masalih al-Abdan wa al-Anfus' atau yang artinya Makanan untuk Tubuh dan Jiwa, Al-Balkhi menyebut kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan tubuh.

Pada abad ke-9 Masehi, Al-Balkhi telah memperkenalkan konsep al-Tibb al-Ruhani (pengobatan jiwa) dan Tibb al-Qalb (pengobatan hati), istilah yang pada masa itu sangat revolusioner.

Baginya, seseorang tidak bisa sehat sepenuhnya bila tubuh dan jiwanya tidak saling mendukung. Ia bahkan membagi gangguan emosional menjadi empat kelompok utama: rasa takut dan cemas, kemarahan dan agresi, kesedihan dan depresi, serta obsesi.

Al-Balkhi juga mengkritik para tabib pada masanya karena terlalu fokus pada penyakit fisik. Dalam karyanya, ia menulis: "Karena manusia tersusun dari jiwa dan tubuh, maka kesehatan sejati tidak akan terwujud tanpa keduanya berjalan selaras,"

Pemikiran Al-Balkhi tak lepas dari pengaruh ajaran Islam. Ia merujuk pada ayat Qur’an seperti “Dalam hati mereka ada penyakit” (QS 2:10), serta hadis Nabi Muhammad yang menyebut hati sebagai pusat kebaikan dan keburukan manusia.

Berkaca dari hal itu, sang pemikir Islam yang hidup ribuan tahun yang lalu, telah mengajarkan warisan panjang yang sudah ada sejak abad pertengahan Islam.

Hari ini, ketika dunia menghadapi krisis kesehatan mental yang serius, karya dan gagasan Al-Balkhi terasa relevan untuk kembali diselami.***

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB