Jepang, bahkan menunjukkan tingkat kekhawatiran terendah. Hanya 5 persen responden di Negeri Sakura yang merasa “pasti” akan kehilangan pekerjaan karena AI.
“Jepang menonjol dengan tingkat kepastian terendah terhadap risiko otomatisasi, menunjukkan kepercayaan tinggi pada sistem kerja mereka,” demikian isi studi GPO-AI.
Dengan hasil survei ini, menunjukkan ketakutan terhadap AI bukanlah isu global yang dinilai sama oleh setiap negara.
Terdapat dimensi ekonomi, budaya, hingga kebijakan tenaga kerja yang mempengaruhi cara orang memandang teknologi.
Pada akhirnya, terkhusus bagi Indonesia, hasil survei tersebut bisa menjadi alarm. Kendati hanya larut dalam kecemasan, pekerja perlu mulai menyesuaikan keterampilan yang sesuai kebutuhan zaman.***