artikel

Belajar Bahagia : Filosofi Pandangan Hidup Hits Masa Kini

Senin, 24 Januari 2022 | 04:18 WIB

Edisi.co.id - Manusia memiliki kebutuhan untuk memiliki pandangan hidup. Menurut Erich From seorang tokoh Psikologi dalam aliran humanistik, Manusia memiliki 5 basic needs atau existensial needs yang harus dipenuhi dengan cara yang positif agar dapat sehat secara mental, salah satu kebutuhan tersebut adalah frame of orientation. Frame of orientation merupakan kebutuhan untuk memiliki pandangan hidup yang jelas, dimana melalui pengalaman hidupnya seharusnya manusia mampu memiliki pandangan yang konsisten dan memanfaatkannya untuk satu tujuan yang jelas.

Pada era keterbukaan informasi dan komunikasi ini memudahkan setiap individu untuk secara bebas berbagi berbagai macam hal mulai dari hal yang paling sederhana dalam hidupnya seperti berbagi brand kopi favorit sampai hal-hal yang dianggap sebagai principle seperti pandangan hidup yang dimilikinya atau yang sedang diikutinya. Hal ini tentu saja menarik atensi dari masyarakat mengenai pandangan hidup yang tampak “baru” dimanifestasikan dalam gaya hidup atau keseharian yang sering dibagikan melalui media sosial. Pandangan hidup ini seringkali memiliki kekhasan atau keunikan yang membuatnya menjadi hits dan menarik untuk diikuti. Dua pandangan hidup hits yang akan dibahas adalah Stoa dan Minimalisme atau simple living.

Baca Juga: Cegah Hoax, PPI 110 Manbaul Huda Gandeng LPPM Unisba Gelar Literasi Digital untuk Orang Tua Santri

Pandangan hidup Stoa

Pandangan hidup stoa yang berasal dari Filosofi stoicism didirikan oleh Zeno of Citium seorang filsuf dari zaman Hellenistik. Filosofi stoicism ini mengajarkan tentang manajemen emosi negatif agar seseorang dapat memiliki rasa tentram yang tidak mudah pudar dalam kondisi apapun. Manajemen emosi ini diajarkan melalui prinsip-prinsip inti dalam filosofi stoicism, yakni :

- Dikotomi kendali. Stoicism memandang bahwa dalam hidup ini ada hal-hal yang tidak dibawah kendali kita dan ada hal-hal yang dibawah kendali kita. Hal-hal yang ada dibawah kendali kita meliputi pikiran, nalar, pertimbangan, perkataan, serta tindakan kita dan lalu bagaimana sisa nya ? sisanya adalah di luar kendali kita. Sehingga, segala sumber emosi negatif yang muncul dari diri kita disebabkan karena kita terlalu menggantukan kebahagiaan kita pada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita.

- “it is not things that disturb us, but our opinion about them”. Segala emosi negatif seperti rasa sedih, kecewa, marah yang kita rasakan bukan karena peristiwa hidup yang menimpa kita melainkan karena pendapat atau opini kita mengenai peristiwa tersebut. Hal ini karena emosi kita adalah tanggungjawab kita dan sepenuhnya dibawah kendali kita, sehingga apabila emosi disebabkan oleh pikiran kita sendiri artinya kita dapat mengendalikan emosi kita dan tidak perlu menunggu semua hal hingga ideal untuk bisa damai dan bahagia.

Pandangan hidup ini menjadi hits melalui buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Banyak diterapkan oleh berbagai orang dalam setiap kalangan bahkan juga beberapa public figure.

Baca Juga: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Ruang Pintar

Minimalisme atau Simpe Living

Minimalisme adalah sebuah konsep hidup sederhana yang akhir-akhir ini banyak diikuti oleh masyarakat melalui gaya hidup sederhana, hemat, dan dekat dengan alam dengan melakukan decluttering, menanam dan sebagainya. Konsep hidup sederhana ini berasal dari Transendealis Amerika dimana mereka percaya bahwa untuk menemukan pencerahan, wawasan, dan pengetahuan mendalam hanya bisa didapatkan melalui kesendirian, ketenangan jiwa dan kesederhanaan.

Prinsip minimalisme atau simple living ini mempraktikkan dengan sukarela kesederhanaan dalam hidup, seperti mengurangi kepemilikan benda, memaksimalkan apa-apa saja yang sudah ada, menumbuhkan dan melatih rasa puas di dalam dirinya atas apa yang telah dimiliki ketimbang mengejar hasrat yang diinginkan. Konsep hidup ini juga menekankan untuk hidup berdampingan dengan alam, sehingga orang-orang degan pola hidup simple living ini memiliki kebiasaan seperti daur ulang, membuat kompos, melakukan aktifitas tanam menanam seperti sayuran dan tumbuhan obat, menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan, memberli barang bekas dan sebagainya. Menurut Diaognese seorang filsuf Sinisme yang dianggap sebagai minimalis pertama (the origin of minimalist) mengatakan bahwa “untuk mendapatkan hidup bahagia, haruslah menjalani kehidupan berdasarkan alam atau kehidupan alamiah”.

Baca Juga: NU Perlu Membuat Sekolah Tinggi Perfilman Usmar Ismail

Dua pandangan hidup tersebut saat ini sedang hits dalam kalangan masyarakat, bila meninjau dari prinsip dan nilai dasar setiap pandangan, memberikan ajaran yang baik untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun hits dan menarik, namun bukan berarti kita secara latah mengikuti gaya hidup ini hanya untuk pengakuan sosial atau agar dianggap up to date. Sebaiknya, kita benar-benar memahami dan mempelajari setiap pandangan tersebut dan merefleksikan apakah sesuai dengan kebutuhan diri sendiri ?

Halaman:

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB