Karena berbagai mukjizat yang dianugerahkan Allah kepadanya (lihat QS Âli ‘Imrân [3]: 49), kaum Kristen meyakini Isa As atau Yesus sebagai Tuhan dan anak Tuhan sekaligus.
Padahal, Isa As hanyalah seorang utusan atau rasul. Islam juga menentang konsep ketuhanan Trinitas.
Sebab, Allah Swt merupakan satu-satunya Tuhan yang benar, melekat dengan sifat-sifat ketuhanan, tidak punya anak, dan tidak pula dilahirkan (QS al-Ikhlâs [112]: 1–4).
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, ‘(Tuhan itu) tiga’, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (QS an-Nisâ’ [5]: 171).
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ‘Hai bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS as-Saff [61]: 6).
Islam juga menentang keyakinan bahwa Nabi Isa As mampu menebus dosa umat manusia. Sebab, yang mampu menghapus dosa hanya Allah Swt. Berdosa atau tidaknya seorang anak manusia ditentukan oleh-Nya, bukan oleh orang lain atau mewarisi dosa orang lain.
Isa As dimuliakan Allah Swt hingga akhir hayatnya. Beliau tidak mungkin dibiarkan oleh-Nya mati terhina dan mengenaskan dalam tiang salib.
Beliau diselamatkan oleh Allah Swt dengan cara mengangkatnya dari tempat tersebut. Atas kehendak-Nya pula, Yudas Iskariot diserupakan oleh Allah seperti wajahnya Nabi Isa As.
Akhirnya, Yudaslah yang ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan kemudian disiksa dan disalib (lihat kembali QS an-Nisâ’ [5]: 157–159).***
)*Penulis dan Trainer