artikel

Bahaya Childrenfree terhadap Populasi Negara, Ekonomi dan Kesehatan

Kamis, 16 Februari 2023 | 18:27 WIB
Iliustrasi Pernikahan (Foto: Henry Lukmanul Hakim)

Kondisi tersebut akan membuat pertumbuhan penduduk di negara itu minus, yang mana semakin lama dapat menyebabkan penduduknya semakin habis.

Sebelum mencapai titik itu, negara tersebut juga akan melalui suatu masa di mana orang berusia tuanya banyak, tapi tidak ada anak-anak maupun remajanya.

"Itu berbahaya. Kalau Indonesia terjadi seperti itu berbahaya sekali karena orang-orang tua di Indonesia itu pendidikannya rendah, ekonominya juga masih rendah. Sehingga kalau tidak ada yang nanggung dari anak-anaknya berbahaya," kata dia.

Hal itu dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kemiskinan. Secara umum, kata Hasto, itu juga akan sangat mengganggu capaian bonus demografi yang Indonesia miliki di masa depan. 

Menurut dia, bonus demografi membutuhkan tenaga usia reproduksi yang melimpah.

"Nanti kalau generasi usia reproduksinya habis, berbahaya untuk kemajuan perekonomian suatu bangsa," jelas dia.

Di sisi lain, konsekuensi individu juga dapat terjadi apabila seorang perempuan memilih untuk childfree. Pria yang berlatar belakang sebagai dokter spesialis kebidanan itu menjelaskan, perempuan yang hamil hanya satu kali atau tidak pernah hamil sama sekali relatif lebih berisiko ada penyakit miom, yakni tumor pada rahim.

"Kemudian juga lebih berisiko kalau seandainya mereka yang tidak punya anak ini badannya gemuk, tensinya agak tinggi, kemudian dia juga ada kencing manis, maka lebih berisiko menderita kanker endometrium. Endometrium itu bagian dari rongga rahim," kata Hasto.

Hasto kemudian menjelaskan manfaat dari kehamilan. Ketika perempuan hamil, maka siklus menstruasinya beristirahat selama sembilan bulan. Setelah melahirkan dan menyusui, produksi ASI juga dia sebut dapat mengurangi risiko penyakit.

"Ini ada manfaatnya. Jangan kira tidak ada manfaatnya. Saya kira Tuhan membikin seperti ini ya memang sudah ada sistem ke-Esaan tuhan yang luar biasa," jelas Hasto

Pada kesempatan itu, Hasto juga membahas soal resesi reproduksi atau resesi pernikahan untuk menghasilkan keturunan. Menurut dia, hal seperti itu masih jauh untuk dapat terjadi di Indonesia. Sebab, dia melihat di Indonesia dalam setahun ada 4,8 juta kehamilan dan 4,3 juta yang sampai melahirkan.

"Kemudian yang nikah itu mendekati 2 juta setahun. dan dari yang nikah mendekati 2 juta itu, sekitar 1,6 juta hamil di tahun pertama. Jadi data itu tidak bisa dipungkiri," kata dia.

Selain itu, alasan lainnya disebabkan oleh Indonesia yang termasuk negara dengan mayoritas penduduk beragama baik. Di mana, seseorang kawin memang memiliki tujuannya bukan sekadar rekreasi, tapi prokreasi atau berkreasi untuk menghasilkan anak.

Baca Juga: Pemerintah Tetapkan Biaya Haji Terbaru, Menag : Perlu Menjadi Perhatian Bersama

PASANGAN DAMBAKAN ANAK 

Halaman:

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB