edisi.co.id - Dalam rangka memperingati Lebaran anak Yatim yang jatuh pada 10 Muharram 1444 Hijriah, Masjid Al-Muhajirin Pancoran Mas Permai, Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok mengadakan Santunan anak yatim.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Dr. Adiwarman Karim memberikan Taushiah kepada Anak-anak Yatim yang hadir.
"Terus terang kita ini bukan nabi yang suci. Kalau nabi, bilamana dirinya mendapati kesulitan yang amat sangat, lantas berdoa, Allah segera kabulkan, Mana .. Lah, kita ini apaan?! Nabi, bukan. wali Allah juga bukan. Contoh, Nabi Musa allaihi salam. Saat dikejar raja zalim dan pasukannya hingga di tepi Laut Merah, lantas berdoa dan kata Allah dalam wahyu-Nya bilang, "Pukulkan tongkatmu ke permukaan laut, wahai Musa!". Segera saja laut itu terbelah atas seizin Allah. Lalu Musa bersama kaum Yahudi pun menyebrang lautan.
Siapakah nama raja lalim itu? Ungkap Adiwarman sembari mengodok saku kemeja batiknya dan ambil uang lembaran "gocapan" alias Rp50 ribuan warna biru dan acung-acungkan kepada para hadirin Jamaah Masjid Al-Muhajirin yang terdiri dari Anak-anak Yatim dan Dhuafa serta Ibu-ibu Taklim Az-Zahra dan Pengurus DKM termasuk ketuanya, penasihat dan panitia Muharaman Mubarok 1444 Hijriah.
Kontan saja ada jawaban menggelegar, "Fir'auunnn ...!". Karuan saja seisi masjid kaget. Itu bukan suara bocah yatim, tapi suara aki-aki pisan. Semua menengok ke arah sumber suara tadi. Betul saja, ternyata itu suara ketua panitia, Rudy Hermansyah. Semua tertawa.
Lalu Ustadz Adiwarman memberikan lembaran uang warna biru itu kepadanya. Sambil berbisik, "Berikan kepada Anak Yatim, yaa..". "Siap," sergahnya tertawa. Masih di bulan Muharam, siapakah nama raja yang membakar Nabi Ibrahim As hidup-hidup? Tanya Adiwarman pula. "Raja Namruzzz," teriak seorang anak yatim yang bersama 182 anak yatim dan dhuafa lainnya Ahad siang (14/8/2022) itu menerima bingkisan nasi boks dan amplop senilai Rp250 ribu per anak dari Emak-emak Sholiha MT Az-Zahra dan DKM Al-Muhajirin.
Baca Juga: Si Jalak Harupat Akan Jadi Lautan Keluarga Besar Persatuan Islam Pada 27 Agustus 2022
Nah, itulah contoh kemuliaan bulan Muharam. Kita diajarkan untuk selalu bersyukur, mensyukuri apa pun pemberian Allah Swt dengan sikap ridho dan tawadhu. Jalani saja. Jangan mengeluh. Karena sesungguhnya Allah sudah memberi kita dengan berbagai rezeki dan kemudahan sebagaimana termaktub dalam QS Al-Insyirah/94 Ayat 5 - 6 : "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
Ambil contoh oksigen yang diberikan secara gratis di alam semesta ini. Kecuali buat orang yang mengalami gangguan jantungnya atau paru-parunya atau penyintas asma dan asam lambung.
"Lah, saya sendiri pun terkena Covid-19 sampai dua kali. Saya jalani saja sesuai Ayat Allah di atas, yaitu bersama kesulitan ada kemudahan. Itu pasti. Itu saya yakin. Haqul Yaqin. Dan hari ini saya bisa bertemu dengan para jamaah sekalian. Ingat, bukan setelah kesulitan ada kemudahan. Tapi bersama kesulitan ada kemudahan.
Contohnya kisah doa Nabi Muhammad Saw di perang Badar, Nabi Musa bersama Fir'aun, dan Nabi Ibrahim dibakar Raja Namruz, Nabi Yunus ditelan ikan Paus. Satu hal yang perlu diingat adalah bilamana kita kasih bantuan atau kemudahan, jangan harap balasan dari orang tersebut. Melainkan balasannya dari Allah belaka.
Intinya begini, "Kita bantu orang lain, orang lain senang. Kita bantu orang, orang itu senang, kita pun senang. Orang lain menerima manfaat, kita pun menerima manfaat. Inilah makna rasa syukur itu, setidaknya dalam perspektif Tasawuf. Itu pertama. Kedua, jadikanlah diri kita orang biasa saja. Jangan sok tau atau sok suci atau sok berilmu sembari memandang orang lain upil atau berlumuran dosa.
"Lah, kita dihargai atawa dihormati itu lantaran Allah menutup banyak aib kita. Tul, nggak, Man ... Coba kalau Allah buka segala aib kita, kita bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Isiinnn ..," imbuh Wakil Ketua Badan Pelaksana Harian Dewan Ekonomi Syariah MUI Pusat ini.
Kisah sufi populer tentang seekor burung yang sayapnya patah, tapi bertahan hidup dalam kesendirian. Begitu diperhatikan dengan saksama, ternyata di langit ada seekor burung yang menukik ke bawah ke arah burung patah tadi. Lalu dengan mulutnya sang burung itu menyuapin burung sayap patah tadi.
Artikel Terkait
Kua ciseeng dan balai KB BKKBN bekali remaja latihan pranikah
Bela Karyawannya, Alfamart Gandeng Pengacara Hotman Paris Hutapea
kolaborasi rumah zakat dengan kwt khodijah RW 06 keluahan ratu jaya