Oleh : Ust. Shaifurrokhman Mahfudz
Edisi.co.id- Sesaat lagi kita mulai memasuki tanggal 1 Rajab 1444 Hijriah.
Sebagai salah satu bulan yang dimuliakan Allah Swt, kaum muslim yang teguh dalam keimanan menyambutnya dengan penuh suka cita.
Dalam Bulan Rajab tersebut kaum muslim berharap dengan sebuah doa yang senantiasa dipanjatkan Rasulullah SAW :
"Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya'bana wa ballighna Ramadhan" Ya Allah, berikan kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikanlah kami bertemu Ramadhan.
Dengan do'a tersebut, kita didorong untuk melakukan evaluasi menyeluruh dalam proses penghambaan kepada Allah Swt.
Berbagai hal bisa dilakukan, mulai dari pembenahan sikap keseharian, perbaikan etos kerja dan tentu saja peningkatan amal ibadah di bulan mulia ini.
Baca Juga: Tinjauan Kajian Ayat Quran tentang Isra dan Miraj
Nah, semangat kita dalam menjalankan berbagai amalan di bulan Rajab sepatutnya dilandasi oleh tuntunan syariah yang shahih dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Kita tidak bisa nafikan, banyaknya hadits Nabi Saw yang bersliweran di tengah masyarakat, mengundang persoalan tersendiri yang acapkali menguras energi ummat ini dengan perdebatan-perdebatan teoritis yang sebenarnya tidak perlu diperpanjang.
Lalu, bagaimana kita menyikapi hadits-hadits keutamaan bulan Rajab yang beredar di masyarakat tersebut? Sementara, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa nash-nash hadits mengenai puasa Rajab kedudukannya lemah (dha’if) dan tidak boleh diamalkan.
Artikel Terkait
108 Lembaga Pengelola Zakat Tidak Berizin, Ini Daftarnya
Masih Top 5 Destinasi Favorit Wisatawan, Pariwisata Bali-Kemenparekraf Siap Sambut Kedatangan Wisman Tiongkok
Sinergi dengan AYPI dan Jaringan Sekolah Islam Bogor, Sekolah Islam Al-Iman Gelar Pelatihan Menulis Bagi Guru
Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto Tegaskan Golkar Sudah Resmi Umumkan Calon Presiden
Dorong Pertumbuhan UMKM, IRDU Gelar Bazar di Taman Lapangan Jawa Kota Depok