Edisi.co.id - Pernahkah Anda ke Bandung? Salah satu kota yang sangat menarik, ibu kota Provinsi Jawa Barat. Selain sebagai kiblat fashion di Indonesia, Bandung juga menyajikan banyak ragam kuliner. Tak heran kalau kota ini menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik bagi banyak orang untuk mengunjunginya.
Bandung dikenal sebagai kiblat fashion, karena memang sejak dulu banyak industri tekstil dan garmen di kota ini. Berbagai produk dihasilkan seperti kaos, kemeja, jaket, topi, hijab, boneka, dll, yang umumnya diproduksi oleh industri skala rumah tangga.
boneka merupakan salah satu produk konveksi dari Bandung yang sejak dulu cukup mendominasi pasar boneka di Indonesia. Produk boneka dari kota kembang ini telah dikenal sejak lama dengan keragaman motif dan variasinya. Sebagai hasil kerajinan, kualitas produk sangat ditentukan oleh kreativitas dan kerapian dalam pengerjaannya. Kreativitas itu akan menentukan tampilan, apakah produk tersebut menarik atau tidak, terutama bagi anak-anak yang menjadi konsumen utamanya. Sedangkan kerapian dalam pengerjaan akan mempengaruhi kualitas secara keseluruhan.
Baca Juga: Ternyata PTSD Rentan Memicu Waspada Berlebihan Ketika Hyperarousal
Pentingnya kreativitas ini juga diakui oleh Heni Noviani, salah seorang pemilik usaha konveksi di kawasan Gegerkalong, Bandung, yang khusus memproduksi boneka.
Tinggal di daerah padat yang memiliki banyak industri, memacu Heni untuk ikut berperan dalam dunia tersebut. Sebelum memproduksi sendiri, Heni terlebih dahulu menjadi pedagang. Sejak tahun 2012 dia sudah menjual boneka produk orang lain. Dia memilih beberapa jenis boneka yang sedang banyak diminati untuk dijual kembali.
Usaha itu dia lakukan di tengah kesibukannya mengelola warung seblak, salah satu jenis makanan khas Bandung. Kedua usaha itu berjalan berdampingan yang menjadi sumber penghidupan Heni sehari-hari.
Baca Juga: Apa itu Pendidikan yang Membebaskan?
Semula Heni mempunyai kios sendiri tempat memajang boneka sekaligus berdampingan dengan usaha seblaknya. Namun karena kios tersebut terkena gusuran, akhirnya dia memutuskan berjualan di rumah. Dengan maraknya penggunaan media sosial, Heni pun mulai memanfaatkan media tersebut untuk mengenalkan produknya.
Setelah lama berjualan boneka, akhirnya timbul keinginan Heni untuk membuat boneka sendiri. Sejak saat itu, dengan modal sekitar Rp 20 juta, Heni mulai menyiapkan peralatan mulai dari mesin jahit, kain, sewa tempat, serta pernak-pernik lainnya. Dia memulai dengan membuat jenis boneka yang sedang ramai di pasaran. Selain itu, dia juga menerima pesanan sesuai keinginan konsumen.
Agaknya, promosi yang gencar dia lakukan melalui media sosial cukup berhasil. Terbukti banyak permintaan yang datang dari berbagai daerah.
Baca Juga: Delapan Kecamatan di Jakpus Buka Pelayanan Gemulai
Namun di tengah kemajuan usahanya, berbagai tantangan mulai menghadang. Sang suami yang semula setia membantu usahanya, dipanggil Yang Kuasa. Tak lama kemudian, kios tempatnya menjual boneka dan seblak digusur. Kondisi itu tentu sangat berat bagi Heni dimana dia harus menjadi tulang punggung keluarga. Namun dia tetap tegar dan terus menjalankan usahanya meski seorang diri.
Suatu keberuntungan, di tengah kondisi ekonomi yang pas-pasan dan kebutuhan tambahan modal untuk usaha, Heni mendapat informasi mengenai peluang pinjaman dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Peluang itu segera dia tindaklanjuti dimana sejak saat itu, tahun 2017, Heni mulai bergabung dengan PNM.