Tugas guru dalam proses pendidikan semacam ini adalah menceritakan realitas-realitas, seolah-olah sesuatu yang tidak bergerak, statis, terpisah satu sama lain, dan dapat diramalkan.
Akhirnya guru cuma “mengisi” para murid dengan bahan-bahan yang dituturkan, namun terlepas dari realitas dan terpisah dari totalitas.
Pendidikan yang bercerita mengarahkan murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa yang diceritakan kepadanya.
Baca Juga: Yuk Kenali Perbedaan Gejala Demam Berdarah Dengue dengan Covid 19
Gaya bank menyebabkan pendidikan seperti kegiatan “menabung”. Ibaratnya para murid adalah celengannya dan para guru adalah penabungnya.
Murid hanya beraktivitas seputar menerima pengetahuan, mencatat, dan menghafal. Dalam model pendidikan ini secara jelas kita bisa melihat bahwa pendidikan adalah alat kekuasaan guru yang dominatif dan “angkuh”.
Tidak ada proses komunikasi timbal-balik dan tidak ada ruang demokratis untuk saling mengkritisi.
Guru dan murid berada pada posisi yang tidak berimbang. Freire menegaskan, dengan model seperti itu pengetahuan seolah-olah adalah “anugerah” yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak memiliki pengetahuan apa-apa, alias bodoh.
Pendidikan seyogyanya bukanlah sekedar transfer ilmu (pengetahuan) dari satu orang ke satu (beberapa) orang lain, tetapi juga mentrasformasikan nilai-nilai (bukan nilai hitam di atas kertas putih) ke dalam jiwa, kepribadian, dan struktur kesadaran manusia itu.
Oleh karena itu, pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang tidak hanya mencetak manusia-manusia yang cerdas secara intelektual, tetapi juga manusia yang memiliki kepribadian dan berkarakter.
Baca Juga: Wajib Tahu Bagi Kamu Yang Ingin Diet, Ini Dia Manfaat Suplemen Viber Untuk Diet
Namun sayang pendidikan yang selama ini berjalan hanya seperti ritual belaka. Pendidikan hanya menjadi “barang dagangan” yang dibeli oleh siapa saja yang sanggup memperolehnya.
Akibatnya, pendidikan kita belum berhasil secara signifikan mendorong perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Sistem pendidikan nasional yang ada selama ini masih mengandung banyak kelemahan. Dari soal buruknya manajemen pendidikan sampai pada soal minimnya dana untuk pengembangan pendidikan.
Pakar pendidikan HAR Tilaar, sebagaimana dikutip Qodri Azizi, menyebut ada beberapa kelemahan dalam sistem pendidikan nasional.
Artikel Terkait
BPJS Kesehatan Wujudkan Indonesia Sehat Selama Satu Dekade
Salah Satu Prioritas Pembangunan di Kecamatan Lembursitu Merupakan Penuntasan Kawasan Kumuh
Komunitas Sehati Gerak Bersama dan Gerak Bareng Telah Menuntaskan Renovasi Rumah Warga
Waspada! Aritmia Jantung Ternyata Bisa Sebabkan Kematian
Sering Mengalami Kaki Dingin? Ternyata Bisa Menyebabkan Penyakit Loh!