Apalagi tingkat pengangguran dikalangan angkatan kerja cukup tinggi di Arab Saudi dibanding negara teluk lainnya. Data akhir tahun 2021 dari Bank Dunia seperti dikutip Al Monitor memperlihatkan secara keseluruhan tingkat pengangguran di Saudi Arabia mencapai 7,4%, sementara di Uni Emirat Arab 3,4%, Bahrain 1,9% dan Qatar 0,3%. Jadi Kerajaan tidak bisa berleha-leha dengan pakta seperti itu.
Di Arab Saudi dari total penduduk tahun 2021 yang mencapai 34,1 juta jiwa, 63,6% (21,7 juta) merupakan penduduk asli, sedang 36,4% (12,2 juta) merupakan pendatang.
Beberapa misi yang ingin dicapai oleh visi ini adalah: Indeks 'pemerintahan elektronik' naik dari 36 menjadi 5; Semakin melokalkan sektor minyak dan gas dari 40% menjadi 75%; Menambah pendapatan non-minyak dari $163 miliar menjadi $1 triliun setiap tahunnya.
Kemudian, menambah proporsi ekspor non-minyak dari 16% menjadi paling tidak 50% produk domestik bruto non-minyak; Menambah kontribusi sektor swasta terhadap produk domestik bruto dari 40% hingga 65%;
Selanjutnya, menambah persentase investasi langsung terhadap produk domestik bruto dari 3,8% menjadi seperti rata-rata dunia (5,7%); menambah kontribusi usaha kecil dan menengah dari 2% produk domestik bruto menjadi 35%; melompat dari peringkat 25 menjadi 10 besar dalam Indeks Persaingan Global; secara efektif melipatgandakan jumlah situs arkeologi yang terdaftar di UNESCO.
Baca Juga: SD Islam Al Iman Bojonggede Kabupaten Bogor Raih Prestasi Pada Beberapa Cabang Perlombaan Dalam O2SN
Rencana Pembangunan
Visi Saudi 2030 (Saudi Vision 2030) dari pemerintah Arab Saudi merupakan rencana pembangunan yang disorot oleh media global serta menjadi bahan kajian para akademisi di berbagai universitas.
Visi seperti itu di Timur Tengah, khususnya negara yang tergabung dalam Dewan Kerjasama Teluk (GCC), sebenarnya juga sudah memilikinya, diantaranya Visi 2020 dari UAE yang mungkin juga menginspirasi Saudi Arabia, ada lagi Qatar dengan "National Vision 2030", lalu Kuwait "Vision 2035," dan Oman "Vision 2040".
Tetapi dibanding dengan visi dari negara anggota GCC yang lainnya itu, visi dari Saudi Arabia sepertinya yang paling banyak jadi perbincangan.
Salahsatu penyebab dicanangkannya Visi Saudi 2030 yang dikendalikan oleh pemimpin de facto, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS), adalah rencana pembangunan dari sejumlah mega proyek yang membuat banyak orang berdecak kagum.
Ada lebih dari 15 mega proyek yang digadang untuk mewujudkan Visi 2030 dengan berbagai targetnya. Dan itu butuh pembiayaan yang mencapai hingga ribuan triliun rupiah dan menyebar di berbagai lokasi di Arab Saudi.
Ambil satu contoh yaitu Neom, yang merupakan sebuah rencana pembangunan kawasan ekonomi yang berlokasi di provinsi Tabuk sekitar 600 km arah utara kota suci Madinah serta 1400 km dari ibu kota Riyadh.
Dari semua mega proyek di Saudi Arabia, Neom merupakan proyek yang paling diprioritaskan untuk diselesaikan oleh pangeran MBS, sesuai rencana tahun 2030.
Tidak tanggung-tanggung proyek ini direncanakan akan berbiaya sampai 500 milyar dolar atau sekitar 7.500 triliun rupiah yaitu sekitar 17 kali biaya rencana pembangunan IKN (bu kota negara) baru di Indonesia yang hanya 450 triliun rupiah.
Artikel Terkait
42 Jamaah Umroh Asal Surabaya Terkatung-Katung di Jeddah, Saudi Arabia
Mohammad Idris: Dulu Saya Merokok Sejak Kuliah di Saudi Arabia Tidak Lagi
Umroh akan Dibuka, Menlu: Saudi Arabia Mulai Melakukan Pengaturan Pelaksanaan Ibadah Umroh
Beginilah Keindahan Fenomena Alam Yang Letaknya di Arab Saudi
Beginilah Keindahan Fenomena Alam Yang Letaknya di Arab Saudi
Lionel Messi ditawarkan menjadi pemain Al Hilal, klub Arab Saudi sekaligus musuh Al Nassr
4 Hal Kehidupan Mewah Cristiano Ronaldo di Arab Saudi, dari Tempat Tinggal hingga Akses Jet Pribadi