Anak-anak itu tidak hanya belajar, tetapi juga keluar masuk hutan sepulang sekolah untuk mencari damar.
Baca Juga: Redenominasi Rupiah 1.000:1, Peluang Modernasi atau Risiko Ketergesa-gesaan?
Belajar Mengaji di Temaram Malam
Meski kelelahan sepulang dari hutan, anak-anak pedalaman tersebut tetap hadir mengaji selepas Magrib bersama Ustaz Awi.
Diterangi lampu LED atau lampu darurat portabel, mereka mengeja huruf demi huruf di papan tulis kapur.
Dusun yang tadinya sunyi tersebut perlahan hidup sejak kehadiran Ustaz Awi. Suara lantunan doa dari musala kecil di tengah hutan terpencil mengisi malam-malam hening Dusun Nunusan.
Perjalanan dakwah menuntut seorang dai untuk bisa melakukan apa saja yang masyarakat butuhkan. Bukan hanya mengisi rohani mereka, tapi juga siap sedia hadir dalam keseharian mereka.
Terlebih, pengabdian di dusun terpencil yang sangat jauh dari dunia luar membutuhkan penyesuaian diri yang luar biasa.
Selain turut membantu masyarakat mencari hasil alam dengan menyusuri hutan, Ustaz Awi juga membaur dalam berbagai kegiatan mereka: membantu memperbaiki jalan, panen jengkol dan petai, hingga memberikan layanan cukur gratis kepada penduduk pedalaman tersebut.
Satu per satu anak ia cukur dengan telaten. Tak hanya anak-anak, pria dewasa pun turut meminta untuk dicukur oleh Ustaz Awi.*
Artikel Terkait
Qurban Pertama & Satu-satunya di Pedalaman Blitar, Jawa Timur
Alhamdulillah, Laznas Dewan Dakwah Raih Penghargaan Program Unggulan Dakwah Pedalaman
Di Gedung DPR,MPR RI, Dewan Dawah Resmi Melepas 137 Guru Ngaji ke Pedalaman Negeri Indonesia
AFKN dan UIN Walisongo Semarang Teken MoU Kerja Sama Dakwah Pedalaman
Kiprah Daiyah Pertama di Pedalaman, Ustadzah Ila Beri Warna Baru di Tanasumpu
Tak Ada Bekas Luka usai Sempat Diculik ke Suku Pedalaman Jambi, Bilqis Awalnya Tak Mau Ikut saat Dijemput Polisi