Sementara itu, ujarnya, ada tiga unsur yang berpotensi menyebabkan kecelakaan di jalur tengkorak, yaitu manusia, kendaraan, dan lingkungan alam. Pengemudi yang berkendara dalam kondisi tidak prima, berisiko jika melakukan perjalanan jauh --sebagaimana mudik lebaran.
Juga, kondisi fisik kendaraan yang terabaikan selama bertahun-tahun tentunya berpotensi meningkatkan risiko ini. Unsur terakhir yang juga tidak kalah penting adalah lingkungan alam yang seringkali tidak dikenali secara baik oleh pengemudi.
“World Health Organization (WHO) sudah mencatat bahwa unsur yang paling utama berpotensi menyebabkan kecelakaan adalah manusia, lebih dari 90% kecelakaan disebabkan oleh unsur ini,” kata Prof. Sutanto.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh pengemudi sebelum berkendara, seperti didampingi oleh co-driver dan menyempatkan waktu untuk beristirahat selama melakukan perjalanan jauh.
Baca Juga: Polisi Tangkap 2 Pelaku Pembunuhan Berencana Motif Sakit Hati di Jakarta Barat
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memastikan kendaraan dalam kondisi prima. Yang perlu diperiksa tersebut antara lain adalah oli, mesin, lampu, bensin, dan rem.
Faktor rem menjadi hal yang paling sering menyebabkan kecelakaan di jalur tengkorak --terutama di sekitar tanjakan dan turunan tajam.
Kemudian, mengenali lingkungan jalan, karena akan membantu pengemudi melewati jalur tengkorak.
Selain itu, peran pemerintah dapat dimaksimalkan dalam mengantisipasi terjadinya kecelakaan di jalur tengkorak. Dalam hal ini, peran aktif Dishub dibutuhkan oleh pengemudi dalam menginformasikan ruas jalan yang rawan kecelakaan.
Sementara itu, pihak kepolisian setempat juga perlu dilibatkan dalam mencegah terjadinya kecelakaan di jalur tengkorak.
Di sisi lain, Prof Sutanto yang merupakan anggota penasehat Masyarakat Transportasi Indonesia dan anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (periode 2023-2026) memberikan apresiasi yang tinggi bagi para polisi yang tetap menjalankan tugasnya dalam mengatur lalu-lintas, sekalipun dalam suasana lebaran.
Baca Juga: Sekjen Fakta Apresiasi Upaya Pj Gubernur Atasi Kemacetan di Simpang Santa
“Saya menyarankan rekan-rekan pemudik untuk bersabar atau menunda perjalanan mudiknya setelah lebaran misalnya. Adapun, jika sudah merencanakan mudik lebaran lebih awal, diimbau mempersiapkan diri dalam kondisi yang prima untuk perjalanan jarak jauh, kondisi fisik kendaraan dan lingkungan sekitar ruas jalan juga perlu diperhatikan dengan baik,” ujar Prof. Sutanto, yang juga merupakan Ketua Kelompok Ilmu Transportasi.
Kondisi tubuh yang lelah setelah berkendara beberapa jam, menjadi hal lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan. Pemudik dapat bergantian dengan co-driver (jika ada) atau menyempatkan waktu untuk beristirahat sejenak hingga kondisi tubuh kembali segar untuk melanjutkan perjalanan.