يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْـَٔايَٰتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ ﴿١١٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Q.S. Ali Imran (3) : 118)
Atas nama toleransi janganlah terlalu naif atas nama demokrasi, kamu memilih orang kepercayaanmu dari orang yang tidak seiman dengan kamu. Karena mereka tidak akan berhenti membuat kemudharatan kepada kamu. Dan dalam benak mereka, yang mereka inginkan dari kamu adalah kesusahan.
Hikmah penting dari pada ayat tersebut adalah jangan serahkan hal-hal penting dalam kehidupanmu terutama yang terkait dalam urusan agama kepada orang yang tidak beriman.
Dan jika pada urusan yang tidak penting dan tidak terkait pada urusan agama, ini tidak masalah, karena setiap manusia pasti ada manfaatnya walaupun ia masih kafir. Dan kita harus bertoleransi di dalam kehidupan ini. Dan di Indonesia sebagai negara yang mayoritas muslim sudah menunjukkan toleransinya.
Dalam surah Fushshilat tentang penghinaan terhadap Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam adalah pengulangan. Dan pengulangan ini juga sebagai bentuk permusuhan yang tidak pernah berakhir sampai hari Kiamat.
Dan perlu diingat, Nabi yang dihina tidak akan pernah hina. Selamanya para Nabi itu agung. Para sahabat dalam menghadapi penghinaan terhadap Nabi, maka mereka semakin cinta dan loyal kepada Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam. Sebagaimana Umar radhiyallahu `anhu yang siap memenggal orang yang tidak mempercayai Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, walaupun pada akhirnya hal tersebut dilarang oleh Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.
Orang-orang yang senantiasa memuliakan Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam di tengah penghinaan seseorang kepada beliau dan berpihak kepada pihak yang benar, maka ia akan mendapatkan kemuliaan.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
مَّا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِن قَبْلِكَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ ﴿٤٣﴾
“Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih.” (Q.S. Fushshilat (41): 43)
Baca Juga: Mentan SYL Inspeksi Kedatangan Kapal Ternak di Pelabuhan Tanjung Priok
Ketika Nabi ada yang menghina, maka ada dua pilhan. Ketika kita berpihak kepada Nabi maka kita akan mendapatkan ampunan dan kemuliaan. Dan jika kita berada di pihak yang mendukung penghina Nabi, maka akan berhadapan dengan siksaan yang pedih.
Kebencian musuh-musuh nabi, lebih kepada risalah yang dibawa oleh Nabi, dan nabi sang pembawa risalah menjadi pusat cacian mereka. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,