Ia menambahkan pandangan pribadinya tentang Yesus ke dalam ajaran yang asli dan merumuskan sebuah ajaran baru sehingga Yesus tidak disebut sebagai seorang nabi dan al-Masih, melainkan dengan ciri ketuhanan. Suatu penodaan fatal terhadap ajaran yang disampaikan Yesus sendiri.
Ironisnya, setelah dua setengah abad, ajaran ini mendapat tentangan di antara orang-orang Nasrani.
Ajaran Paulus kemudian dijadikan doktrin Trinitas (Tiga Tuhan) yang diyakini orang-orang Kristen.
Jelaslah bahwa hal ini merupakan penyimpangan dari ajaran Yesus dan pengikut-pengikut awalnya.
Setelah itu, Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw sehingga beliau dapat menyampaikan ajaran Islam, meluruskan kekeliruan para pengikut Yesus (Kristen) dan Musa As (Yahudi).
Paulus berpindah-pindah tempat ke beberapa negara (Siprus, Antiokia, Yerusalem, Syria, dan Roma), hingga mati terbunuh di Roma pada 22 Februari 62 Masehi (Ensiklopedia Encarta).
Pendapat lain mengatakan dia mati saat peristiwa terbakarnya Roma pada masa pemerintahan Nero pada bulan Juli 64 Masehi (Kamus Alkitab. Kamus Alkitab juga menyebutkan pendapat Ensiklopedia di atas) (islamic.xtgem.com)
Baca Juga: Menjadi Orang Baik itu Jauh Lebih Penting
Yesus dalam Pandangan Islam
Yesus atau Isa putra Maryam adalah seorang nabi yang diutus Allah kepada bani Israel untuk mengajarkan keesaan Tuhan (tauhîd) dan menyelamatkan mereka dari kesesatan.
Nabi yang termasuk Ulul ‘Azmi ini mengajak umatnya agar hanya beriman kepada Allah Swt dan beribadah kepada-Nya.
Ulul ‘Azmi adalah sebutan yang diberikan kepada para nabi dan rasul yang memiliki kedudukan istimewa karena ketabahan dan kesabaran mereka dalam menyebarkan ajaran Allah Swt.
Hanya lima rasul yang mendapatkan julukan ini. Mereka adalah Nuh As, Ibrahim As, Musa As, Isa As, dan Muhammad Saw.
Sayangnya, cuma sedikit dari kaumnya itu yang beriman. Bahkan mereka berusaha membunuh Isa As.
Namun Allah Swt menyelamatkannya sehingga Nabi Isa tidak (berhasil) dibunuh. Sedangkan menurut kepercayaan kaum Yahudi dan Nasrani, Isa As atau Yesus mati dibunuh dengan cara disalib (lihat QS an-Nisâ’ [4]: 157–159).