Dalam kaitan ini, Islam sangat berjasa merumuskan disiplin ilmu yang dapat menguji kebenaran suatu informasi. Ilmu ini dikenal dalam ilmu hadits dengan nama "ilmu al-jarh wa at-ta'dil".
Metode Berpikir Islami
Oleh karena berpikir adalah suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua orang, baik muslim atau nonmuslim, yang akan menghasilkan kesimpulan yang beragam, sudah barang tentu diperlukan suatu kerangka yang dapat mengarahkan manusia dalam berpikir untuk mencapai sasarannya.
Sebab, tanpa rumusan pola itu, manusia akan dapat terperangkap pada cara berpikir yang lepas kendali. Konsekuensinya tidak segampang yang dibayangkan manusia.
Akan tetapi, tidak menemukan kebenaran itu dalam Islam identik dengan kesesatan. Allah berfirman (yang artinya), "Adakah di luar kebenaran itu kalau bukan kesesatan?" (Yunus: 32).
Jika mengamati petunjuk-petunjuk Al-Qur'an, hadits Nabi, dan pengalaman sejarah intelektual dalam Islam, maka dapat dikemukakan beberapa metode--atau dapat disebut sebagai kaidah--berpikir dalam Islam, yang mengantarkan seseorang berpikir secara proporsional dan benar untuk selanjutnya keluar dengan pemikiran yang jernih, lurus, dan relefan dengan kehendak Allah SWT.
Metode tersebut adalah sebagai berikut.
a. Wahyu adalah Satu-satunya Sumber Aqidah dan Ayari'ah Setiap peneliti muslim diminta agar menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sumber dalam konsep dan operasional sekaligus, tanpa memilah-milahnya.
Dalam arti bahwa kita sebagai muslim hendaknya mengajukan pertanyaan kepada Al-Qur'an, kemudian mendengar jawabannya dari Allah SWT.
Akan tetapi, mencari jawaban itu hanya dari Al-Qur'an dan As-Sunnah saja, bukan dari sumber-sumber lainnya.
Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai wahyu dari langit adalah hakikat yang sudah merupakan aksioma dan menjadi prinsip Islam.
Baca Juga: Ajaran Islam Pro Sektor Riil dan Pro Pertumbuhan Ekonomi
Akan tetapi, sayangnya banyak peneliti dan kaum intelektual melangkai prinsip ini, sengaja atau tidak. Mereka cenderung menggunakan sumber-sumber produk manusia, di samping sumber-sumber utama Islam.
Mereka juga menyimpan seperangkat pemikiran, teori, dan hipotesa sebagai peninggalan peradaban kuno yang cenderung berlainan dengan konsep Islam.
Kondisi seperti ini sudah tentu tidak sejalan dengan kaidah menempatkan wahyu sebagai satu-satunya sumber dalam jalur aqidah, hukum, dan maslaah metafisik.