Seharusnya sikap muslim pencari kebenaran ketika membaca Al-Qur'an mengosongkan pikirannya dari seluruh jenis teori dan konsep yang dihasilkan manusia tanpa dasar wahyu.
b. Hubungan antara Wahyu, Akal, dan Metode Interpretasi Rasional Kaidah ini berkaitan dengan penempatan posisi akal dan perannya dalam menangkap pesan (teks) Ilahi.
Pada prinsipnya, Islam telah menetapkan adanya dua alam yang harus dibenarkan manusia sebagi prasarat diterima keislamannya. Kedua alam itu ialah alam ghaib dan alam nyata.
Spesifikasi alam ghaib ialah berada di luar batas ruang dan waktu. Dua kawasan yang merupakan jalur operasi akal manusia.
Alam ghaib seperti, Allah, malaikat, langit, jin, akhirat adalah kawasan yang berada di luar jangkauan manusia.
Manusia tidak bakal mengetahuinya secara rinci dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.
Fungsi akal di sini sekadar menerima informasi, memahami, dan membenarkan. Adapun alam nyata, objek dan komponennya berada dalam batas ruang dan waktu. Akal manusia bertugas menyelidikinya untuk sampai pada hakikat.
Atas dasar ini, kebenaran di sekitar alam ghaib tidak dapat didiskusikan secara rasional dan menggunakan logika, tetapi kita terima melalui teks secara apa adanya.
Peran akal berada pada batas pengklasifikasian, penempatan, dan penetapan, agar keluar dengan kesimpulan yang general dan sempurna serta tidak bertentangan dengan akal dan logika.
Dalam Islam dikenal dua kategori hakikat: hakikat tawqifiyah yang berskala ghaib dan didapatkan melalui informasi Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Posisinya berada di atas akal manusia. Dan, hakikat tawfiqiyah yang sesungguhnya menjadi objek dan lapangan akal manusia.
Kekeliruan banyak orang, seperti perkembangan filsafat Yunani, mencampuradukkan dua kategori tersebut, sehingga membebankan kepada akal hal-hal yang sebenarnya berada di luar kemampuannya.
Manusia juga sering tertipu ketika akal mampu memerankan fungsinya secara baik dan prima pada ruang "tawfiqiyah", mengira bahwa akal juga mampu menembus wilayah "tawqifiyah", atau setidak-tidaknya tergiur untuk menerobos ke kawasan itu.
Pada zaman modern ini, kita perhatikan akal manusia mampu menemukan hal-hal menakjubkan di alam materi.
Lalu kita mengira bahwa akal yang selama ini mampu menciptakan pesawat, roket, menghancurkan atom, membuat bom hidrogen, menjelajah ruang angkasa, juga memiliki kemampuan untuk merumuskan peraturan yang menata hidup manusia.