Peneliti Al-Qur'an dituntut agar bersikap jujur dan ikhlas untuk mencari kebenaran murni. Peneliti hendaknya membebaskan dirinya dari pengaruh hawa nafsu, kepentingan, fanatisme kelompok, dan paham yang dianutnya.
Hal ini memang berkaitan kepada individu peneliti dan mentalitas serta moralitasnya. Akan tetapi, manusia adalah satu kesatuan.
Memilah-milah antara sarana dan kemampuannya dalam memberi interpretasi atas aktivitas manusia adalah cara yang keliru.
Tidaklah semua orang yang membaca Al-Qur'an akan mendapat petunjuk. Bahkan, ada yang membacanya tetapi disesatkan oleh Allah.
Lalu, siapa yang mendapat petunjuk dan siapa pula yang tersesat? Jawabannya dari Al-Qur'an itu sendiri.
Menurut Al-Qur'an, motivasi juga memegang peran penting dalam menerima kebenaran atau menolaknya.
Allah memberikan gambaran, perumpamaan, peringatan, dan janji-janji agar dipikirkan, tetapi orang-orang kafir justru semakin menyimpang dari jalan yang benar.