Satu per satu punya keunikan, satu per satu punya keistimewaan, satu persatu punya kelebihan, satu per satu punya kekhasannya sendiri-sendiri. Manusia bukanlah sebuah produk massal.
Manusia tidak seperti barang yang dibuat sama di suatu pabrik. Manusia ibarat kerajinan tangan, yang diciptakan satu per satu, dengan tingkat ketelitian yang amat tinggi dan keunikan yang spesifik.
Tuhan menciptakan manusia satu persatu, mulai dari zygote, kemudian janin dan akhirnya jadilah manusia.
Masing-masing individu punya struktur DNA sendiri-sendiri yang unik dan spesifik. Bahkan sidik jari manusia dibuat berbeda satu dengan lainnya.
Manusia bukanlah tercipta secara kebetulan, sebagaimana yang diyakini oleh para penganut paham teori evolusi.
Bukankah di balik setiap makhluk hidup ada struktur yang rumit, sehingga tidak mungkin tercipta secara kebetulan?
Semua tidak mungkin tercipta begitu saja, pasti ada yang merancangnya dengan teliti.
Kita harus meyakini bahwa keragaman manusia, baik dari segi kompetensi maupun asal usulnya semata-mata karena keinginan Sang Pencipta.
Tuhan menciptakan masing-masing manusia lengkap dengan segala alasannya.
Oleh sebab itu, setiap manusia di bumi ini sesungguhnya memiliki peranan yang berbeda-beda.
Perbedaan peran ini mesti menjadi alasan bagi manusia untuk tidak bersifat egois.
Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Semua saling bergantung.
Ketergantungan ini cukup menjadi alasan bagi setiap manusia untuk mengedepankan semangat berkolaborasi atau yang dalam kultur Indonesia disebut dengan gorong royong.
Semangat gotong royong harus menjadi nilai yang terus dipupuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Gotong royong harus ditanamkan kepada generasi bangsa sejak dini. Mulai dari keluarga, pendidikan, hingga lingkungan masyarakat.
Artikel Terkait
Abdul Mu'ti: Perbedaan bukan Soal Benar atau Salah, tapi Soal Keyakinan dan Pilihan
Raih Berkah Ramadan, Ustadz UBN Luncurkan Program Khatam Quran