Menurut imam al-Ghazali, kerelaan memaafkan orang yang telah menzalimi adalah kesabaran dan keberanian yang sempurna.
Lebih sempurna lagi, apabila kerelaan memaafkan juga ditujukan kepada orang-orang atau keadaan yang dianggap menghalangi atau menghambat kesuksesan dirinya.
Baca Juga: Bahan Herbal Ini Diklaim Dapat Memperkecil Tumor
Dengan kekuatan memaafkan seperti ini, orang akan menjadi lebih berfokus pada perbaikan daripada hanya menyesali serta menyalahkan pihak lain dan menjadikannya sebagai kambing hitam.
Sikap ini sangat penting untuk diterapkan dalam menunjang kualitas berpuasa kita.
Dalam tinjauan ilmiah, berjiwa pemaaf berdampak pula bagi kesehatan.
Frederic Luskin, seorang doktor Amerika dari Institut Psikologi Transpersonal, menjelaskan, kekuatan memaafkan dapat menjadi resep bagi kesehatan dan kebahagiaan, memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran, dan percaya diri.
Memaafkan memiliki banyak dampak positif dan konstruktif terutama bagi yang melakukannya.
Memaafkan menjadi perkara yang penting, dan lebih penting lagi adalah kerelaan serta keberanian untuk memulai meminta maaf dari orang yang berbuat kesalahan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apa pun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak melakukannya, maka (nanti pada hari kiamat), bila dia memiliki amal shalih, akan diambil darinya sebanyak kezhalimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi, maka keburukan saudaranya yang dizhalimiitu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya" (HR. Bukhari).
Perasaan bersalah yang mengendap bisa berakumulasi sehingga menjadi beban psikologis yang berat.
Meminta maaf dan menginsyafi kesalahan adalah solusi terbaik dalam mengatasinya. Seperti halnya memaafkan, meminta maaf juga membutuhkan kerelaan dan keberanian.
Karenanya, Nabi Saw pun memotivasi kita untuk memiliki kerelaan sekaligus keberanian meminta maaf.
Jika tidak, bisa-bisa dirinya akan terpenjara dalam perasaan bersalah yang berlarut-larut dan menyiksa. Kondisi ini tentu sangat tidak baik.
Menurut seorang pakar, permintaan maaf yang efektif harus dapat memulihkan keseimbangan dalam hubungan yang bermasalah antara orang yang meminta maaf dengan yang diminta maaf.
Artikel Terkait
Apakah Minyak Wijen Memiliki Manfaat Bagi Tubuh? Yuk Simak!
Apa Saja Manfaat Vitamin E dan D Bagi Tubuh? Ini Penjelasannya!
Ini Dia Gejala, Penyebab, Cara Mengobati dan Cara Penceggahan DBD Pada Orang Dewasa dan Anak-anak
Ayo Kenali Gejala dan Penyebab Stroke, Ternyata Anak Muda Juga Bisa Kena Loh!