4. Umar Juoro, MA, M.AP.E. (Ketua Institut Demokrasi dan Ekonomi The Habibie Center)
Baca Juga: Kelurahan Mampang Bentuk Pengurus MUI Tingkat Kelurahan
Menurut Ninok Leksono, peluncuran buku mengenai BJ Habibie kali ini bukan sekadar peluncuran buku, tetapi bisa memberi kesempatan kita mereaktualisasi gagasan Habibie yang diselaraskan dengan era kekinian.
Ia mendukung visi pembangunan yang diamanatkan Presiden pertama RI Soekarno, bahwa kemajuan bangsa dipengaruhi dua teknologi yaitu kedirgantaraan dan kemaritiman. Habibie dahulu mampu menjadi pemimpin berbagai lembaga dengan fondasi iptek dan menggagas banyak kebijakan serta memacu generasi muda menguasai iptek melalui program beasiswa keluar negeri.
Menurut Ninok 'gemar iptek dan merekayasa' ini saat ini sudah langka. Selain itu rasa cinta karya bangsa sendiri di masyarakat juga tidak ada, karena mereka beranggapan “kalau bisa beli mengapa harus bikin”. Gagasan yang selalu didengungkan Habibie ini yang harus dibangkitkan lagi dan ditulis dalam buku-buku agar generasi berikutnya bisa kembali meminati bidang iptek.
Baca Juga: Seorang ABK Yang Tenggelam Masih Dalam Pencarian
Menurut Unggul Priyanto, konsep Habibie yang juga menonjol adalah "memulai di akhir, berakhir di awal" bagi awam sulit dipahami, tetapi yang dimaksud Habibie adalah bahwa membangun tidak harus melakukan riset dari awal, tetapi bisa memulai dari tengah atau ujung, yang khususnya perlu diterapkan oleh negara berkembang seperti Indonesia.
Konsep ini, menurut Unggul, telah dipraktikkan oleh negara lain antara lain China. China, misalnya, mengembangkan kereta api cepat dengan hanya membeli lisensi dari Jepang dan Jerman, lalu meningkatkannya dan sekarang kereta cepat Cina bahkan sudah mengalahkan buatan negara tersebut.
Habibie dulu juga berpikiran demikian dalam mendirikan industri kedirgantaraan yaitu mulai membuat pesawat buatan Spanyol Cassa 212, kemudian berinovasi membuat CN-235 hingga mandiri merancang bangun N-250, jenis pesawat yang canggih di kelasnya.
Baca Juga: Gloria Emanuelle Widjaja Siap Unjuk Gigi Bersama Dejan
Jadi inovasi tidak perlu merupakan temuan baru, tidak harus diawali dengan temuan sendiri, tapi bisa merupakan pengembangan dan menjadi suatu produk baru yang lebih baik.
Habibie lalu membentuk lembaga BPPT yang memiliki tugas-tugas besar seperti sebagai konsultan teknologi negara, pendamping Bappenas, hingga sebagai clearing house untuk mem-back up berbagai industri strategis yang diinisiasinya yang perannya sangat besar. Habibie, juga membangun berbagai laboratorium pengujian di Puspiptek Serpong untuk mem-back-up IPTN dan industri strategis lainnya.
Pengkajian teknologi juga dilakukan BPPT antara lain dalam pembelian teknologi asing. Contohnya ketika TNI AU akan membeli pesawat tempur dengan dua pilihan F16 buatan AS atau Mirage2000 buatan Rusia/Uni Soviet. Ini harus dikaji secara teknologi dan harus disetujui oleh Habibie sebagai Kepala BPPT.
Baca Juga: Rumah Penduduk di Blitar Rusak Karena Angin Puting Beliung
Namun sepeninggal Habibie peran BPPT semakin mengecil menjadi lembaga riset biasa. Beberapa perubahan kebijakan terjadi sejalan dengan pergantian pemerintahan dan Menritek/Kepala BPPT. Hingga puncaknya terjadi pemisahan Kementerian Ristek dan BPPT pada tahun 2015.