Di antara ciri dari pasangan suami-istri yang berupaya menerapkan manajemen cinta islami dalam kehidupan mereka, antara lain:
1. Memahami hakikat perkawinan sebagai suatu upaya bersama untuk membangun keluarga yang bahagia serta berada dalam keridhaan Allah Swt.
Dengan dilandasi manajemen cinta, seorang suami atau istri akan lebih berupaya menunjukkan perasaan cintanya terhadap pasangan – demi meraih kebahagiaan bersama – dari pada menuntut istri atau suami secara berlebihan, atau terhadap sesuatu yang sebetulnya tidak perlu dilakukan. Manajemen cinta mengajarkan untuk bisa memahami daripada menuntut.
2. Menyelesaikan berbagai problematika dalam keluarga dengan landasan saling menghormati dan menghargai demi keutuhan rumah tangga.
Cinta yang tulus dan suci kepada pasangan hidup adalah cinta yang mulia. Cinta ini mengajarkan rasa hormat, saling menghargai, serta dorongan untuk menyelesaikan suatu problem secara baik.
Di dalam manajemen cinta, perasaan atau upaya-upaya tersebut diwujudkan secara konkret.
Ketika ingin menyampaikan sesuatu yang sensitif, misalnya, pilihlah waktu yang pas, tempat yang cocok, serta kata-kata atau isi pernyataan (messages) yang baik atau santun.
Tidak ingin menyakiti merupakan bagian dari prinsip manajemen cinta dalam kehidupan berumahtangga.
3. Menempatkan seks sebagai salah satu upaya untuk saling lebih mengakrabkan serta mendekatkan diri secara psikologis, bukan semata-mata sebagai kesenangan.
Dalam manajemen cinta, justru kesenangan itu adalah ketika ikhlas memberi, tanpa mengharapkan balasan atau tuntutan. Apalagi, pada dasarnya, seks dalam rumah tangga memang bukan segala-galanya.
)*
Penulis buku:
Manajemen Cinta Sang Nabi Saw (2011)
Membangun Harapan dan Optimisme Menghadapi Takdir (2011)