Oleh : DR. Daud Rasyid, MA
Jika kita mencari perumpamaan antara pemikiran Islam dengan pemikiran produk manusia lainnya, ibarat bunga mawar yang dikelilingi oleh duri-duri yang tajam.
Setidaknya ada dua filsafat yang saling kontradiktif dalam ajarannya, sementara posisi Islam berada di tengah dan berjalan secara seimbang. Kedua filsafat itu ialah materialisme dan spiritualisme.
- Paham Materialisme
Jika kita memperhatikan sistem yang berlaku sekarang, kebanyakan berdiri di atas paham "materialisme", suatu paham yang mengumandangkan "sekularisme" dan menyanjung-nyanjungnya.
Memang penerapan paham ini di sebagian negeri masih memberikan ruang bagi "agama", tetapi ia menempatkan agama pada posisi yang sangat terbatas.
Sementara, di negara-negara tertentu agama benar-benar diperangi dan diharamkan.
Baca Juga: Metode Berpikir Islami (2) : Sumber-Sumber Ilmu dan Metode Berpikir Islami
Sesungguhnya materialisme adalah paham yang dasar dan akarnya sudah sangat jauh ditelan sejarah, tetapi muncul ke permukaan dengan nama dan simbol yang berbeda-beda, namun akarnya sama, yaitu mementingkan materi dan menjadikannya sebagai dasar dan pijakan, baik mengakui posisi agama ataupun mengingkarinya secara total.
Al-Qur'an sudah lama mengidentifikasi paham ini dengan mengatakan, "Kehidupan kami tidak ada lain dari kehidupan dunia, kami mengalami mati dan hidup dan kami tidak akan dibangkitkan lagi." (Al-Mu'minun: 37).
Kehidupan yang didasarkan atas paham ini akan mengalami tantangan-tantangan yang cukup berat, karena tuntutan manusia yang cukup mendesak pada pemenuhan kebutuhan rohani dan alam ghaib, sebagaimana kebutuhan fisik dan materi.
Kenyataan yang dialami umat manusia belakangan ini sebenarnya sudah cukup menjadi "jawaban" bagi mereka yang memandang hidup ini hanya materi, dan mereka membangun teori, sikap, dan kehidupannya atas dasar materi murni.
Tidak ada kondisi di mana manusia dalam keadaan paling sengsara dari kondisi kehidupan materialis.
- Tenggelam dalam Spiritualisme (Pola Hidup Kerahiban)
Paham ini kebalikan dari paham pertama, dan sama-sama tidak memberikan jawaban yang memuaskan bagi manusia.
Bagi penganut paham ini, penyiksaan diri, menjauhi kehidupan materi adalah ukuran kebahagiaan seseorang.
Artikel Terkait
Aplikasi Peduli Lindungi Tetap Digunakan Meski Status PPKM Telah Dicabut Presiden Joko Widodo
Kepemimpinan itu Keteladanan, Bukan Kehebatan Berkata-kata
Substansi Bahan Bakar Minyak (BBM) Dalam Pandangan Islam
Ajaran Islam Pro Sektor Riil dan Pro Pertumbuhan Ekonomi