Santri harus menjadi pelurus berita, bukan penyebar kabar burung.
Santri harus menjadi pembawa pencerahan di tengah gelapnya ruang digital, bukan penggemar provokasi atau adu domba.
Di sinilah letak jihad baru santri—jihad literasi dan jihad informasi. Jihad melawan hoaks, melawan fitnah, melawan manipulasi kebenaran.
Sebagaimana para pendahulu berjuang di Surabaya dengan bambu runcing, maka santri masa kini berjuang dengan pena, kamera, dan koneksi internet.
Pesantren perlu menyiapkan kader-kader santri yang mampu menjadi penulis, editor, penyiar, dan kreator konten yang beretika. Dunia digital tidak boleh dibiarkan dikuasai oleh pihak yang hanya mengejar sensasi tanpa nilai.
Santri harus mengambil peran itu—sebagai penjaga moral publik sekaligus penjaga narasi kebenaran.
Kini tiba saatnya kita menafsir ulang semangat Resolusi Jihad menjadi Resolusi Literasi.
Jika dahulu para kiai menyerukan jihad untuk mempertahankan tanah air dari penjajahan fisik, maka hari ini santri harus menyerukan jihad untuk mempertahankan kemerdekaan berpikir dan kejernihan informasi.
Resolusi Literasi berarti berjuang untuk menghadirkan media yang bermartabat, pemberitaan yang berimbang, serta ruang digital yang mendidik. Ini adalah bentuk pengabdian santri di era teknologi—pengabdian yang tidak kalah mulia dari perjuangan bersenjata masa lalu.
Baca Juga: Menko Polkam Djamari Tegaskan Perbatasan adalah Garda Depan Kedaulatan
Sebagai insan pers yang lahir dari rahim pesantren, saya meyakini bahwa jurnalisme yang baik dan pesantren yang kuat sesungguhnya memiliki semangat yang sama: mencari kebenaran dan menegakkan keadilan.
Pers yang adil dan pesantren yang independen adalah dua tiang penyangga moral bangsa. Keduanya saling melengkapi, saling mengingatkan. Pers tanpa etika akan melahirkan fitnah. Pesantren tanpa literasi media akan mudah disalahpahami.
Karena itu, santri harus hadir di antara keduanya—menjembatani dunia pesantren dan dunia media.
Hari Santri Nasional tahun 2025 ini semestinya menjadi momentum introspeksi: bagaimana kita sebagai bangsa menghargai peran santri, bukan hanya di masa perjuangan, tetapi juga dalam menjaga moral dan akal sehat bangsa di era informasi.
Artikel Terkait
3 Poin Keteladan Kiai Anwar Manshur, Sosok Ulama Sepuh di Ponpes Lirboyo yang Jadi Panutan Santri hingga Pejabat Negara
MUI Apresiasi dan Dukung Santri Film Festival 2025: Ruang Ekspresi Kreatif bagi Santri
Panitia Gelar Rakor Persiapan Pembukaan Santri Film Festival 2025, Ketua Komite Bunda Neno: Persiapan Capai 90 Persen
Santri Film Festival 2025 Dimulai, Menbud Fadli: Sinema Santri Digaungkan Sebagai Gerakan Kebudayaan Nasional
Film Sebagai Sarana Dakwah, Ustaz Erick Yusuf Ajak Santri Berkontribusi di Santri Film Festival 2025
Lewat Santri Film Festival 2025, Aktor Dedi Mizwar Dorong Santri Berkontribusi ke Industri Film secara Profesional